"Saya berkecimpung di masjid dulu ama anak-anak remaja dari RW 6. Namun, saat ini teman-teman sudah tidak ada sudah meninggal," sambung dia.
Kebiasaan Sudarman senang berkontribusi untuk masjid akhirnya terbawa sampai ia berusia senja.
Baca juga: Kisah Thohir, Sembuh dari Penyakit Misterius Setelah Mengabdi Jadi Marbut Masjid
Kebetulan, saat itu, marbut masjid Al-Falaah yang lama bernama Afan meninggal dunia.
Sudarman diajak oleh salah satu rekannya bernama Budi untuk sama-sama mengabdi pada Masjid Al-Falaah.
"Enggak ada yang nawarin awalnya, diajak aja ama Pak Budi (rekannya). Pak Budi yang ditunjuk jadi marbut sama orang masjid. Eh, nyari teman, saya diajak," jelas dia.
Tanpa pikir panjang, Sudarman menerima tawaran Budi untuk sama-sama menjaga kebersihan dan keamanan Masjid Al-Falaah.
Saat mengambil keputusan menjadi marbut di usianya yang tak lagi muda, Sudarman tak membahasnya dengan keluarga.
Namun, kedua anaknya mendukung saja apa yang menjadi kebahagiaan Sudarman.
Baca juga: Sejak Jadi Marbut Masjid, Eko Lebih Fokus Beribadah dan Dekat dengan Keluarga
Setelah ditawarkan menjadi marbut, Sudarman langsung melakukan pekerjaannya dengan tulus.
Ia tak pernah bertanya kepada pengurus masjid, besaran gaji yang akan ia dapatkan nantinya.
Gaji Sudarman sejak awal sampai saat ini masih sama, yakni Rp 300.000 per bulan.
"Waktu itu enggak dijelasin, cuma pas udah sebulan gajian dikasih segitu aja," ucap dia.
Meski gaji yang ia dapatkan tak besar, Sudarman bersyukur dan tak protes kepada pengurus masjid.
Bahkan ketika keuangan masjid sedang bermasalah, gaji Sudarman pernah dibayar telat.
Namun, ia memaklumi hal tersebut, karena Masjid Al-Falaah berada di tengah-tengah perumahan padat penduduk.
Baca juga: Eko Lepaskan Profesi Kurir Demi jadi Marbut, Sekaligus Bantu Istri Mengajar Ngaji
Untuk keperluan masjid dan menggaji marbut hanya mengandalkan uang dari kotak amal yang diberikan para jemaah.
"Saya enggak pernah protes, mau gaji lambat kek atau gimana," kata dia.
Ia merasa beruntung, bekerja sebagai marbut bisa membuat ia mendapatkan pahala.
Meski gajinya tak besar, Sudarman mengaku kehidupannya selalu tercukupi, entah dari anak, tetangga, warung sederhana yang dimilikinya, dan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.