Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemudik Pilih Transportasi Umum demi Hindari Macet dan Hemat Ongkos

Kompas.com - 22/03/2024, 17:41 WIB
Firda Janati,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Karyawan swasta bernama Rere (27) memilih naik transportasi umum bus untuk mudik ke kampung halamannya di Lampung.

Menurut Rere, bus menjadi pilihan yang tepat karena akses jalur yang bakal digunakan berbeda dengan jalur kendaraan pribadi.

"Aksesnya enak kalau naik bus, duduknya juga sendiri-sendiri, kalau travel biasanya penuh. Terus naik bus juga lebih cepat (enggak macet), karena akses jalur di (Pelabuhan) Merak beda dengan mobil pribadi yang mudik," tutur Rere kepada Kompas.com saat dihubungi, dikutip Jumat (22/3/2024).

Baca juga: Polresta Bogor Kota Adakan Mudik Gratis ke Semarang, Pendaftaran Mulai 5 April 2024

Berdasar pengalaman mudik tahun lalu, lanjut Rere, situasi di lapangan sangat padat, termasuk antrean masuk kapal di Pelabuhan Merak untuk menyebrang ke Pulau Sumatera.

"Tahun lalu saya mudik juga, setiap tahun itu mudik pasti padat. Apalagi karena saya juga naik kapal, di situ antreannya lama banget," imbuh dia.

Karena menggunakan bus, antrean masuk kapal rombongan bus Rere bisa lebih cepat daripada kendaraan pribadi lainnya.

"Untungnya tahun lalu akses bus dengan kendaraan lain berbeda. Jadi naik bus bisa lebih cepat," imbuh dia.

Hal senada juga diucapkan Kiki (26). Ia memilih menggunakan bus selain untuk menghindari kemacetan, tetapi juga soal ongkos.

Baca juga: Ikut Mudik Gratis, Warga: Harga Tiket Bus Lagi Mahal

Menurut Kiki, harga tiket bus menuju kampung halamannya di Surabaya, Jawa Timur, lebih terjangkau daripada tiket pesawat ataupun tiket kereta api.

"Saya pilih bus karena itu lebih affordable saja untuk tujuan dari Jakarta ke Surabaya, kalau pesawat harganya terlalu mahal," imbuh Kiki.

Khawatir adanya lonjakan pemudik, Kiki berharap pihak terkait dapat melakukan rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan.

"Semoga banyak rekayasa lalu lintas yang buat tingkat kemacetan menurun. Tidak banyak pemudik yang kecelakaan dan lancar sampai arus balik," tuturnya.

Sebagaimana diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi 84,27 persen atau 28,4 juta penduduk di Jabodetabek akan mudik pada tahun 2024.

Baca juga: Beda Nasib Suharyani dengan 2 Pendaftar Mudik Gratis di Samsat Jakarta Timur

Jumlah itu lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya mencapai 54,31 persen atau sekitar 18,3 juta orang.

Kebanyakan pemudik ini memilih naik moda transportasi umum daripada kendaraan pribadi.

Sekitar 8,26 juta orang atau 29,05 persen pemudik akan menumpangi kereta api, sedangkan yang naik bus sebanyak 7,89 juta orang atau 27,76 persen.

Di urutan ketiga sebanyak 4,27 juta atau 15,03 persen pemudik memilih naik mobil pribadi. Sedangkan 2,56 juta atau 9,02 persen pemudik naik sepeda motor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dianggap Menganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Dianggap Menganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Megapolitan
Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Megapolitan
Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Penyelenggara 'Study Tour' di Depok Diimbau Ajukan Permohonan 'Ramp Check' Kendaraan ke Dishub

Penyelenggara "Study Tour" di Depok Diimbau Ajukan Permohonan "Ramp Check" Kendaraan ke Dishub

Megapolitan
KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

Megapolitan
KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Megapolitan
948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

Megapolitan
Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Megapolitan
Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan 'Gimana' kalau Dilarang?

Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan "Gimana" kalau Dilarang?

Megapolitan
Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Megapolitan
KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya 'Black Box'

KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya "Black Box"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com