Berdasarkan data kasus mingguan tahun 2024, kasus DBD di Jakarta meningkat dibandingkan minggu awal Januari.
Peningkatan tajam kasus DBD terjadi minggu kelima tahun 2024 atau awal Februari 2024.
"Kami terus memantau perkembangan kasus DBD di setiap wilayah Jakarta. Sejauh ini, tidak tercatat kematian atas kasus tersebut,” tutur Ani.
Baca juga: Terbanyak se-Jakarta, Kasus DBD di Jaksel Selama Maret 2024 Tembus 221 Kasus
Dinkes DKI Jakarta meminta masyarakat waspada terhadap gigitan nyamuk aedes aegypti yang menjadi penyebab DBD.
Gejala yang pertama dirasakan penderita ialah demam selama dua sampai tujuh hari yang disertai pendarahan.
"Lalu penurunan trombosit (trombositopenia), kemudian hemakonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asitesis, efusi pleura, hipoalbuminemia)," ujar Ani.
Selain itu, terdapat gejala lainnya yang juga dirasakan penderita DBD
Beberapa gejalanya itu antara lain nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit serta nyeri belakang bola mata.
“Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada yang hanya demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang tanpa gejala sakit (asimtomatik)," kata Ani.
Baca juga: Pasien DBD di Depok Meningkat sejak Akhir 2023, Kini Ada 328 Kasus
"Sebagian lagi menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian,” imbuhnya.
Ani mengimbau masyarakat untuk melakukan langkah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di sekitar rumah atau lingkungan tempat tinggal masing-masing.
"Lakukan 3M yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang. Serta melakukan kegiatan lain yang mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk Aedes aegypti,” ucap Ani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.