Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT POLITIK

Jakarta Waspada DBD, Fahira Idris Minta Program Satu Rumah Satu Jumantik Dimasifkan

Kompas.com - 27/03/2024, 17:30 WIB
Nethania Simanjuntak,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Saat ini kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta terus meningkat sejak awal Februari 2024. Jakarta Selatan (Jaksel) menjadi salah satu daerah yang memiliki kasus DBD terbanyak dalam beberapa waktu terakhir.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) daerah pemilihan (dapil) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Fahira Idris mengatakan bahwa kasus ini harus mulai menjadi perhatian semua pihak.

“Selain Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta gerak cepat, pencegahan DBD di Indonesia yang masih bertumpu pada pengendalian vektor sangat memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif. Salah satunya dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) lewat Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik,” ujar Fahira dalam siaran persnya, Rabu (27/3/2024).

Fahira mengungkapkan, hingga saat ini kasus dengue masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia.

Sejak pertama kali muncul di Indonesia pada 1968 di Jakarta dan Surabaya, kasus dengue terus meningkat dan meluas hampir di seluruh kabupaten atau kota di Indonesia.

Baca juga: Resolusi Gencatan Senjata di Gaza Disetujui DK PBB, Fahira Idris: Bantuan Kemanusiaan Harus Bebas Hambatan

Salah satu upaya pencegahan DBD yang cukup efektif adalah melalui keterlibatan juru pemantau jentik (jumantik). 

 

Sebagai ujung tombak menghadapi DBD, Jumantik bertugas melakukan pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya pada nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Meski demikian, Fahira menegaskan bahwa efektivitas dari progarm Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik sangat bergantung kepada peran aktif warga yang harus berperan sebagai jumantik di rumah masing-masing.

“Saat ini, cara paling efektif pencegahan DBD melalui pengendalian vektor. Oleh karena itu, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik yang sangat memerlukan keterlibatan warga secara aktif,” ujar Fahira.

Tak hanya itu, Fahira juga menekankan pentingnya aksi 3M, yakni mengubur, menguras, dan menutup.

 

Dalam gerakan tersebut, setiap keluarga diminta memastikan tidak ada jentik nyamuk di sekitar rumah, terutama di bak mandi, genangan air di sampah kaleng, plastik kemasan air minum, serta wadah-wadah lainnya.

Baca juga: Polri Berhasil Ungkap Kasus TPPO, Fahira Idris: Ini Wujud Negara Lindungi Warga

“Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik tidak hanya dilakukan di lingkungan rumah tangga saja, tetapi juga di lokasi atau tempat masyarakat berinteraksi sehari-hari, misalnya sekolah, kantor, taman, dan fasilitas umum lainnya. Jika semua pihak sadar pentingnya PSN, DBD bisa kita cegah sedini mungkin,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com