Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Kompas.com - 29/03/2024, 08:15 WIB
Larissa Huda

Penulis

"Tidak boleh dengan cara yang mengganggu ketertiban dan ketenangan masyarakat," ungkap dia lagi.

Baca juga: Cerita Mimi Peri Dibayar Rp 20 Juta Khusus untuk Bangunkan Orang Sahur

Hargai kemajemukan masyarakat

Lebih lanjut Zainut berujar, orang Indonesia hidup di tengah masyarakat yang majemuk, baik suku, adat, budaya dan agama.

Untuk itu, kata dia, masyarakat harus mengembangkan sikap toleransi, tepo seliro, arif dan bijaksana dalam hidup bersama.

"Kita harus berlaku adil kepada orang lain. Tidak semua orang memiliki kewajiban berpuasa," kata Zainut.

Boleh jadi, ucap dia, ada sebagian masyarakat yang tidak berpuasa karena berbeda agama, sedang sakit, ada bayi, anak-anak atau ada orang yang perlu istirahat karena seharian bekerja.

"Dan masih banyak yang orang memiliki kebutuhan lain sehingga membutuhkan suasana yang tenang untuk istirahat pada malam hari," ucap Zainut.

Untuk itu, Zainut berujar, tidak boleh atas nama tradisi tapi dalam praktiknya dapat menimbulkan perselisihan di masyarakat bahkan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Baca juga: Ketika Banjir Menyergap Tegal Alur Saat Jam Sahur, Warga Makan Sambil Berdiri

Menurut Zainut, agama melarang setiap hal yang dapat menimbulkan mudharat, membahayakan atau menderitakan orang lain.

Untu hal itu, Zainut mengimbau kepada tokoh agama di lingkungan setempat agar memberikan edukasi kepada masyarakat untuk meninggalkan cara membangunkan sahur seperti itu.

"Lebih baik diganti dengan kegiatan yang lebih maslahat dan tidak merugikan masyarakat," kata Zainut.

Berujung damai

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Bojongsari Komisaris Yefta Ruben mengatakan, perselisihan antarwarga itu akhuinya berujung damai.

"Pihak K dan keluarga sudah memohon maaf kepada warga sekitar yang terlibat dalam membangunkan sahur," ucap Yefta, Selasa (26/3/2024).

Menurut dia, warga sekitar juga memaafkan dan memahami kesalahpahaman tersebut dengan catatan untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama warga.

Baca juga: Belum Sebulan Dibeli, Sepatu dan Helm Warga Jaksel Raib Saat Sahur

Adapun kesalahpahaman itu terjadi saat K menegur sejumlah warga yang sedang membangunkan sahur.

"K menegur dengan perkataan 'Kok sampai dua kali mutar kelilingnya'," ungkap Yefta.

Ucapan K menjadi titik salah paham hingga warga pun merasa tersinggung. Setelah itu, terjadi cekcok seperti yang viral di media sosial.

Antara warga dan pemuda tersebut akhirnya melakukan aksi dorong di Minggu dini pagi.

Setelah cekcok itu, pihak yang terlibat melakukan musyawarah pada Minggu (24/3/2024) pagi sekitar pukul 09.00 WIB di rumah ketua RT 01 RW 02.

(Tim Redaksi : Dinda Aulia Ramadhanty, Abdul Haris Maulana, Jessi Carina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com