"Tidak boleh dengan cara yang mengganggu ketertiban dan ketenangan masyarakat," ungkap dia lagi.
Baca juga: Cerita Mimi Peri Dibayar Rp 20 Juta Khusus untuk Bangunkan Orang Sahur
Lebih lanjut Zainut berujar, orang Indonesia hidup di tengah masyarakat yang majemuk, baik suku, adat, budaya dan agama.
Untuk itu, kata dia, masyarakat harus mengembangkan sikap toleransi, tepo seliro, arif dan bijaksana dalam hidup bersama.
"Kita harus berlaku adil kepada orang lain. Tidak semua orang memiliki kewajiban berpuasa," kata Zainut.
Boleh jadi, ucap dia, ada sebagian masyarakat yang tidak berpuasa karena berbeda agama, sedang sakit, ada bayi, anak-anak atau ada orang yang perlu istirahat karena seharian bekerja.
"Dan masih banyak yang orang memiliki kebutuhan lain sehingga membutuhkan suasana yang tenang untuk istirahat pada malam hari," ucap Zainut.
Untuk itu, Zainut berujar, tidak boleh atas nama tradisi tapi dalam praktiknya dapat menimbulkan perselisihan di masyarakat bahkan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Baca juga: Ketika Banjir Menyergap Tegal Alur Saat Jam Sahur, Warga Makan Sambil Berdiri
Menurut Zainut, agama melarang setiap hal yang dapat menimbulkan mudharat, membahayakan atau menderitakan orang lain.
Untu hal itu, Zainut mengimbau kepada tokoh agama di lingkungan setempat agar memberikan edukasi kepada masyarakat untuk meninggalkan cara membangunkan sahur seperti itu.
"Lebih baik diganti dengan kegiatan yang lebih maslahat dan tidak merugikan masyarakat," kata Zainut.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Bojongsari Komisaris Yefta Ruben mengatakan, perselisihan antarwarga itu akhuinya berujung damai.
"Pihak K dan keluarga sudah memohon maaf kepada warga sekitar yang terlibat dalam membangunkan sahur," ucap Yefta, Selasa (26/3/2024).
Menurut dia, warga sekitar juga memaafkan dan memahami kesalahpahaman tersebut dengan catatan untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama warga.
Baca juga: Belum Sebulan Dibeli, Sepatu dan Helm Warga Jaksel Raib Saat Sahur
Adapun kesalahpahaman itu terjadi saat K menegur sejumlah warga yang sedang membangunkan sahur.
"K menegur dengan perkataan 'Kok sampai dua kali mutar kelilingnya'," ungkap Yefta.
Ucapan K menjadi titik salah paham hingga warga pun merasa tersinggung. Setelah itu, terjadi cekcok seperti yang viral di media sosial.
Antara warga dan pemuda tersebut akhirnya melakukan aksi dorong di Minggu dini pagi.
Setelah cekcok itu, pihak yang terlibat melakukan musyawarah pada Minggu (24/3/2024) pagi sekitar pukul 09.00 WIB di rumah ketua RT 01 RW 02.
(Tim Redaksi : Dinda Aulia Ramadhanty, Abdul Haris Maulana, Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.