JAKARTA, KOMPAS.com - Sahur menjadi hal yang tak terpisahkan dalam melaksanakan ibadah puasa saat Ramadhan, yaitu makan dan minum pada waktu sebelum fajar.
Kegiatan membangunkan sahur pun menjadi salah satu momen yang paling nanti. Bahkan, ada yang menjadikan kegiatan ini menjadi salah satu tradisi saat bulan puasa.
Namun, tradisi yang seharusnya disambut secara sukacita ini berbanding terbalik dengan insiden yang terjadi di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Minggu (26/3/2024).
Baca juga: Video Viral Warga di Sawangan Berseteru dengan Kelompok Pemuda yang Bangunkan Sahur
Sebuah video viral di media sosial Instagram menunjukkan kelompok pemuda kena tegur warga saat berkeliling untuk membangunkan sahur.
Pemuda itu merasa terganggu dengan cara membangunkan sahur di lingkungannya. Sekelompok warga itu berkeliling di kampung tersebut.
Dalam video, sekelompok pemuda itu membawa setidaknya tiga buah drum yang ditabuh. Sementara, ada yang berbicara menggunakan pengeras suara.
Tak terima ditegur, kelompok pemuda yang membangunkan sahur itu justru marah sambil menunjuk-nunjuk lawan bicaranya.
"Udah sekarang gini, kalau warga sini bangunnya telat, elu yang pada tanggung jawab, gimana? Gua berhenti, gua berhenti, gua berhenti," kata pemuda ke wanita di dalam video tersebut.
Tak lama, cekcok pun terjadi dan pemuda yang tadi marah mulai mengajak warga lain ribut. Akhirnya, aksi saling dorong antarwarga pun terjadi.
Baca juga: Kronologi Cekcok Antarwarga di Sawangan Gara-gara Tegur Pemuda yang Bangunkan Sahur
Lihat postingan ini di Instagram
Insiden yang terjadi di Depok ini turut disoroti Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi.
Menurut Zainut, membangun sahur dengan cara seperti itu sudah tidak tepat lagi dan sudah saatnya ditertibkan.
Pasalnya, kata dia, sekarang hampir setiap orang sudah punya alat pengingat waktu atau alarm untuk membangunkan orang tidur.
Zaman dulu, kata Zainut, mungkin cara seperti itu tepat karena belum ada alat yang canggih untuk membangunkan orang.
Namun, Zainut berpandangan, untuk zaman sekarang sebaiknya cara-cara seperti itu sudah harus ditinggalkan.
"Maksud membangunkan orang sahur memang baik tapi harus dengan cara yang baik pula," ucap Zainut kepada Kompas.com belum lama ini.
"Tidak boleh dengan cara yang mengganggu ketertiban dan ketenangan masyarakat," ungkap dia lagi.
Baca juga: Cerita Mimi Peri Dibayar Rp 20 Juta Khusus untuk Bangunkan Orang Sahur
Lebih lanjut Zainut berujar, orang Indonesia hidup di tengah masyarakat yang majemuk, baik suku, adat, budaya dan agama.
Untuk itu, kata dia, masyarakat harus mengembangkan sikap toleransi, tepo seliro, arif dan bijaksana dalam hidup bersama.
"Kita harus berlaku adil kepada orang lain. Tidak semua orang memiliki kewajiban berpuasa," kata Zainut.
Boleh jadi, ucap dia, ada sebagian masyarakat yang tidak berpuasa karena berbeda agama, sedang sakit, ada bayi, anak-anak atau ada orang yang perlu istirahat karena seharian bekerja.
"Dan masih banyak yang orang memiliki kebutuhan lain sehingga membutuhkan suasana yang tenang untuk istirahat pada malam hari," ucap Zainut.
Untuk itu, Zainut berujar, tidak boleh atas nama tradisi tapi dalam praktiknya dapat menimbulkan perselisihan di masyarakat bahkan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Baca juga: Ketika Banjir Menyergap Tegal Alur Saat Jam Sahur, Warga Makan Sambil Berdiri
Menurut Zainut, agama melarang setiap hal yang dapat menimbulkan mudharat, membahayakan atau menderitakan orang lain.
Untu hal itu, Zainut mengimbau kepada tokoh agama di lingkungan setempat agar memberikan edukasi kepada masyarakat untuk meninggalkan cara membangunkan sahur seperti itu.
"Lebih baik diganti dengan kegiatan yang lebih maslahat dan tidak merugikan masyarakat," kata Zainut.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Bojongsari Komisaris Yefta Ruben mengatakan, perselisihan antarwarga itu akhuinya berujung damai.
"Pihak K dan keluarga sudah memohon maaf kepada warga sekitar yang terlibat dalam membangunkan sahur," ucap Yefta, Selasa (26/3/2024).
Menurut dia, warga sekitar juga memaafkan dan memahami kesalahpahaman tersebut dengan catatan untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama warga.
Baca juga: Belum Sebulan Dibeli, Sepatu dan Helm Warga Jaksel Raib Saat Sahur
Adapun kesalahpahaman itu terjadi saat K menegur sejumlah warga yang sedang membangunkan sahur.
"K menegur dengan perkataan 'Kok sampai dua kali mutar kelilingnya'," ungkap Yefta.
Ucapan K menjadi titik salah paham hingga warga pun merasa tersinggung. Setelah itu, terjadi cekcok seperti yang viral di media sosial.
Antara warga dan pemuda tersebut akhirnya melakukan aksi dorong di Minggu dini pagi.
Setelah cekcok itu, pihak yang terlibat melakukan musyawarah pada Minggu (24/3/2024) pagi sekitar pukul 09.00 WIB di rumah ketua RT 01 RW 02.
(Tim Redaksi : Dinda Aulia Ramadhanty, Abdul Haris Maulana, Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.