Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Kompas.com - 19/04/2024, 09:59 WIB
Firda Janati,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

BEKASI, KOMPAS.com - Nasib apes menimpa seorang pria di Bekasi bernama Aloysius Bernanda Gunawan (47).

Ia diduga ditipu oknum yang menawarkan program beasiswa doktoral (S3) ke Filipina.

Bukannya diberangkatkan untuk menuntut ilmu, Aloysius malah dibuat kesal karena penyalur inisial BTC mengaku uangnya telah digunakan untuk trading.

Saat dihubungi, Aloysius menceritakan awal mula dia tertipu program beasiswa S3 di Philipines Women University (PWU).

Baca juga: Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Iklan di media sosial

Pria yang akrab disapa Loys itu tengah mencari program S3. Oleh karena itu, banyak iklan yang disarankan mengenai program beasiswa di media sosial.

Pada November 2023, Loys melihat iklan di Instagram terkait program beasiswa di kampus Philipines Women University (PWU).

"Ada nomor kontak di situ (Instagram). Saya kontak lah nomornya, sama adminnya itu dimasukkan ke WhatsApp grup. Waktu itu saya di angkatan (batch) 4," kata Loys saat dihubungi wartawan, Kamis (18/4/2024).

Mengecek benar atau tidaknya program tersebut, Loys mendatangi agenda Seminar Internasional yang mengundang pembicara dari PWU.

Di seminar itu, tiga atau empat alumnus PWU angkatan pertama hadir dalam seminar tersebut.

Loys pun tak lupa mengecek keaslian ijazah dari para alumnus PWU.

Baca juga: Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

"Ada penyerahan ijazah yang alumni ini karena saya juga kerja di kampus kan, saya cek, ini sudah diakui belum ijazahnya, sudah disetarakan belum, ternyata sudah disetarakan," jelas dia.

Dari hasil pengecekan itu, Loys dan para korban lainnya yakin dengan adanya program beasiswa doktoral yang dibuka BTC.

"Akhirnya semakin yakin lah kita. Pada Desember 2023 itu saya dipindah ke batch 5 karena mahasia batch 4 sudah mau kuliah," ujar dia.

Diminta bayar Rp 30 juta

Suatu hari, Loys dan calon mahasiswa lainnya diminta untuk segera melunasi pembayaran hingga 31 Desember 2023 untuk pendaftaran beasiswa S3 di PWU.

"Karena harga normalnya itu yang dibilang Rp 60 juta, sementara kalau kita lihat di website-nya itu PWU itu sekitar Rp 86-90 juta," kata Loys.

BTC mengimingi beasiswa parsial kepada para korbannya. Oleh karena itu, mereka hanya diminta bayar Rp 30 juta dari harga normal Rp 60 juta.

Loys akhirnya membayar pendaftaran itu dengan cara dicicil dua kali pada 14 dan 18 Desember 2023.

Baca juga: Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Timbul kecurigaan

Pada Januari 2024, Loys mulai curiga dengan program beasiswa tersebut. Sebab, pendaftaran diperpanjang.

Padahal, kuota calon mahasiswa di batch 5 itu sudah terlampau banyak.

"Di situ saya mulai melihat, kok banyak banget. Di Indonesia saja kan program doktor itu sedikit ya, ini banyak. Diperpanjang terus lah (beasiswanya)," ucap dia.

Kecurigaan Loys semakin kuat saat pihak penyalur berencana mengarahkan semua calon mahasiwa S3 PWU ke salah satu kampus di Malaysia.

BTC beralasan, otoritas Filipina menegurnya karena terlalu banyak calon mahasiswa yang ikut beasiswa tersebut.

"Sekitar pertengahan Februari mulai lah dia bilang, 'wah ini karena terlalu banyak programnya saya ditegur dari Filipina'. Beberapa hari kemudian dia bilang kegagalan pendaftaran, dialihkan ke kampus di Malaysia," kata Loys.

Baca juga: Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Sampai memasuki April 2024, perkuliahan tak kunjung terlaksana sehingga para korban menuntut pertanggungjawaban.

Akhirnya, Aloysius melaporkan BTC ke Polres Metro Bekasi Kota dengan nomor registrasi LP/B/IV/2024/SPKT/Polres Metro Bekasi Kota, Senin (8/4/2024).

Korban ratusan orang

Ratusan korban yang tertipu program S3 di kampus Filipina berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"(Total korban) 207, banyak banget. Tersebar dari berbagai daerah, kemarin saya sempat tanya-tanya ada yang dari Aceh, Medan, bahkan dari Papua, Manado, Kalimantan," ujar Loys.

Sementara korban dari Bekasi berjumlah lima orang. Di antara mereka ada yang merupakan sepasang suami-istri.

"Dari Bekasi itu sebenarnya ada kalau tidak salah lima orang, termasuk saya. Kemudian suami-istri di Rawalumbu, ada satu lagi (rumahnya) di dekat-dekat Cikarang," papar dia.

Baca juga: Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Laporannya itu didukung oleh para korban lainnya yang masih terus berkomunikasi untuk menuntut pengembalian uang.

"Waktu bikin laporan saya sendiri saja, tapi kami ada beberapa grup, tetap komunikasi untuk para korban ini," kata dia.

Aloysius pernah mendatangi tempat tinggal BTC di Apartemen Mutiara Bekasi. Namun, BTC disebut tidak berani menemui para korbannya.

"Sekarang saya enggak tahu dia di mana. Yang jelas kami pernah datang ke apartemennya, beliau enggak mau menemui," ucapnya.

Dengan adanya laporan ke pihak kepolisian, Loys dan para korban lainnya berharap uang mereka dapat kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Megapolitan
Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Megapolitan
Polisi Pastikan Hanya 4 Pelaku Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Polisi Pastikan Hanya 4 Pelaku Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Tangisan Ibu Vina Cirebon Saat Bertemu Hotman Paris, Berharap Kasus Pembunuhan Sang Anak Terang Benderang

Tangisan Ibu Vina Cirebon Saat Bertemu Hotman Paris, Berharap Kasus Pembunuhan Sang Anak Terang Benderang

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Korban Sempat Bersetubuh Sebelum Ditinggal Kekasihnya

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Korban Sempat Bersetubuh Sebelum Ditinggal Kekasihnya

Megapolitan
Dishub Tertibkan 127 Jukir Liar di 66 Lokasi di Jakarta

Dishub Tertibkan 127 Jukir Liar di 66 Lokasi di Jakarta

Megapolitan
4 Pencuri Mobil di Bogor Ditangkap, Salah Satunya Residivis

4 Pencuri Mobil di Bogor Ditangkap, Salah Satunya Residivis

Megapolitan
Hati-hati Beli Mobil Bekas, Ada yang Dipasang GPS dan Digandakan Kuncinya oleh Penjual untuk Dicuri

Hati-hati Beli Mobil Bekas, Ada yang Dipasang GPS dan Digandakan Kuncinya oleh Penjual untuk Dicuri

Megapolitan
Casis Bintara yang Diserang Begal di Kebon Jeruk Diterima Jadi Anggota Polri

Casis Bintara yang Diserang Begal di Kebon Jeruk Diterima Jadi Anggota Polri

Megapolitan
5 Orang Terlibat Kasus Begal Casis Bintara di Jakbar, Ini Peran Masing-masing

5 Orang Terlibat Kasus Begal Casis Bintara di Jakbar, Ini Peran Masing-masing

Megapolitan
Jadi Penadah Pelek Ban Mobil Hasil Curian, Sumihar Terancam 4 Tahun Penjara

Jadi Penadah Pelek Ban Mobil Hasil Curian, Sumihar Terancam 4 Tahun Penjara

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Polisi: Kurang Pengawasan

Pencuri Ban Mobil Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Polisi: Kurang Pengawasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com