JAKARTA, KOMPAS.com - Para peserta "Napak Reformasi", kegiatan yang digelar Komnas Perempuan, khusyuk mengikuti tapak tilas tragedi Mei 1998 di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Minggu (12/5/2024).
Kompas.com berkesempatan mengikuti kegiatan itu. Pantauan di lokasi, tidak ada yang bercanda setibanya bus rombongan "Napak Reformasi" tiba di area permakaman.
Semuanya berbicara dengan nada rendah dan bergegas menuju sebuah area rerumputan yang sudah dipasangi tenda dan kursi.
Baca juga: Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...
Tepat di depan tenda itu, ada Monumen Jarum. Monumen didirikan pada tahun 2015 untuk mengenang korban tragedi Mei 1998.
Monumen berada di sisi kiri sebuah area dengan 113 makam tanpa nama.
Dalam kegiatan tapak tilas ini, para peserta diajak ke TPU Pondok Ranggon untuk mendoakan para korban yang identitasnya masih belum diketahui hingga kini.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari Yulita selaku pemandu dalam acara tapak tilas itu.
Ia mengajak para peserta merefleksikan kegiatan hari ini, serta berbagi cerita tentang tragedi Mei 1998.
Sejumlah peserta beranjak ke dekat monumen untuk menceritakan kesan dan pengalaman mereka tentang tragedi itu.
Baca juga: Gelar Napak Reformasi, Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998
Salah satunya adalah Firda, wanita paruh baya asal Aceh, yang menceritakan betapa mengerikannya Tragedi Rumah Geudong.
Selanjutnya adalah pemaparan dari Veryanto Sitohang selaku Komisioner Komnas Perempuan dan Soraya Ramli selaku Koordinator Divisi Pemulihan Komnas Perempuan.
Keduanya menceritakan perjuangan Komnas Perempuan, komunitas penyintas tragedi Mei 1998, dan pendamping dalam mendirikan Monumen Jarum.
Sepanjang kegiatan bincang-bincang tersebut, para peserta serius menyimak apa yang dibicarakan.
Ada satu peserta yang terus menganggukkan kepalanya setiap kali ada pembicaraan tentang betapa pentingnya masyarakat terus mengingat tragedi Mei 1998.
Ada pula yang terus mengatakan "iya" dan "benar" ketika Soraya menceritakan perjuangan dalam mendirikan Monumen Jarum.
Baca juga: Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...
Sekitar 30 menit telah berlalu. Para peserta yang hadir dalam kegiatan itu diajak berdiri di depan Monumen Jarum.
Lalu, Yulita mengajak mereka dan para peserta "Napak Reformasi" mengheningkan cipta dan mendoakan para korban.
Seluruh peserta langsung memejamkan mata dan menundukkan kepala. Tidak ada satu pun yang berbicara ketika lagu "Gugur Bunga" melantun.
Setelah lagu selesai, semua kembali membuka mata. Ada yang membuat gerakan "amin" dengan mengusapkan kedua tangannya ke wajah.
Ada juga yang menyebut "amin" secara perlahan.
Selanjutnya, kami diajak ke arah area dengan 113 makam tanpa nama untuk menaburkan bunga.
Baca juga: Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem
Setiap peserta dipastikan memegang satu kantung bunga. Kami dibebaskan untuk menaburkan bunga di makam mana saja.
"Bapak-bapak dan ibu-ibu, kita duduk di samping makam ya untuk dokumentasi," ujar salah satu panitia acara tersebut.
Seluruh peserta saling mengingatkan agar tidak ada makam yang tertinggal.
"Itu makam yang di belakang masih kosong, tolong ada yang temenin makam itu," kata seorang peserta kepada peserta lainnya yang masih mencari tempat untuk duduk.
Meski tujuannya adalah untuk dokumentasi, tidak ada arahan agar para peserta tersenyum atau bergaya.
Jadi, masih ada peserta yang duduk sambil menaburkan bunga. Bahkan, ada seorang ibu yang mengajak anaknya untuk mendoakan makam di samping kanan mereka.
Baca juga: Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya
Kegiatan dokumentasi ini tidak berlangsung lama. Sekitar dua menit kemudian, para peserta diajak mengambil makanan ringan dan kembali ke bus.
Namun, masih banyak yang tetap berada di area makam tanpa nama untuk mendoakan sekaligus menaburkan bunga yang masih tersisa.
Sebelumnya, Komnas Perempuan menggelar Napak Reformasi bertajuk "Napak Reformasi Tragedi Mei 98: Pelanggaran HAM Masa lalu di Persimpangan Jalan!" di sejumlah titik di Jakarta.
Kegiatan ini berlangsung pada Minggu mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Kegiatan digelar sebagai upaya untuk merawat ingatan publik dan mendorong pemenuhan hak korban tragedi Mei 1998.
Hal ini agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi pada masa yang akan datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.