Bagi Amsori, pendapatannya menarik angkot di tahun-tahun sebelumnya cukup menjanjikan.
"Saya dulu, bisa menyekolahkan anak masuk pesantren, bantu anak nikah," terang Amsori.
Bahkan Amsori bisa merenovasi rumah peninggalan orang tuanya berkat hasil menarik angkotnya di kawasan Tanjung Priok.
Namun, setelah putri sulungnya menikah di tahun lalu, Amsori merasa pendapatan menarik angkot justru menurun dratis.
Uang hasil menarik angkotnya sering kali hanya cukup untuk membeli bensin dan membayar setoran sewa.
Baca juga: 5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko
"Bensin Rp 200.000 sehari, ama setoran Rp 170.000 berarti kan hampir Rp 400.000? Lah, kalau kita enggak dapat sampai Rp 500.000 ya enggak dapat uang," ujar Amsori.
Bahkan terkadang, pendapatan menarik angkot Amsori juga tak cukup untuk bayar setoran.
Saat ditemui Kompas.com, Amsori mengaku sudah lima hari tidak mampu membayar setoran akibat penumpang sepi.
"Sering enggak dapat Rp 50.000 aja terkadang sama sekali enggak dapat, saya lima hari belum setoran," katanya.
Selain kesulitan mengontrak rumah dan membayar setoran, sepinya penumpang juga membuat Amsori bingung untuk membeli makan.
Baca juga: Jemput Bola ke Subang, Polisi Bakal Datangi Petani yang Ditipu Oknum Polisi Rp 598 Juta
Amsori selama ini sudah mengirit biaya pengeluaran untuk makan. Ia mengaku, dalam satu hari harus mengeluarkan uang sebesar Rp 45.000 untuk tiga kali makan dengan lauk sederhana beserta minum.
Di tengah kondisinya yang sedang sulit dan usia yang tak lagi muda, Amsori masih memiliki tanggungan di kampung halamannya.
Selain istri, ada anak bungsu Amsori yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah.
"Itu anak saya, masih kelas tiga SMP. Yang satu lagi sudah menikah, saya sudah punya cucu," terang Amsori.
Sadar putri sulungnya sudah berumah tangga, Amsori dan istri tak mau menuntutnya ikut membiayai adiknya sekolah.