JAKARTA, KOMPAS.com - Joni (21) dan Ipung (23) berpeluh keringat setelah jumpalitan di wahana ombak banyu yang berada di Pasar Malam Caglak, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Meski napas terengah-engah, mereka tetap melanjutkan atraksinya dengan memasuki sela-sela besi ombak banyu yang lebarnya hanya kurang dari satu meter.
Meski badan tak berotot, mereka tetap semangat mengayun wahana dengan jumlah pengunjung lebih dari 30 orang itu.
Tujuannya sederhana, Joni dan Ipung ingin pengunjung terhibur dan merasa sedang mengarungi ombak besar di tengah laut.
Baca juga: Kisah Joki Tong Setan Pasar Malam, Rela Bertaruh Nyawa demi Mengais Rezeki
Sejumlah pengunjung berteriak histeris, tetapi ada juga yang tertawa terbahak-bahak menikmati ayunan dari Joni serta Ipung. Pengunjung pun memegang besi Ombak Banyu dengan erat.
Di sela-sela atraksi, mereka berjoget seiring dengan lantunan lagu bertempo cepat atau “jedag-jedug” yang diputar melalui pengeras suara.
Tak jarang Joni dan Ipung mengajak pengunjung wahana Ombak Banyu bernyanyi di bawah lampu kerlap-kerlip ala pasar malam yang sangat meriah.
Salah satu pengunjung meminta para pengayun beratraksi lebih. Joni dan Ipung menurutinya. Setelahnya, mereka mendapatkan saweran dan tepuk tangan meriah dari pengunjung pasar malam.
Ipung bekerja di pasar malam sejak 2018. Saat itu dia sedang menganggur dan memutuskan bertolak dari Arjawinangun, Cirebon, menuju Pedurenan, Bekasi untuk bekerja di pasar malam.
Sementara Joni, baru bekerja di pasar malam sejak 2021. Alhasil, pria asal Jawa Timur itu memutuskan berhenti dari pekerjaannya di Kalimantan untuk menuju Tambun, Bekasi untuk bekerja di pasar malam.
Pekerjaan ini mereka ambil setelah mendapatkan tawaran dari teman di kampung halaman masing-masing.
Sewaktu awal bergabung, keduanya tidak langsung bekerja sebagai pengayun Ombak Banyu. Joni dan Ipung justru hanya menjaga wahana-wahana lain di pasar malam.
“Terus ya penasaran (sama pengayun Ombak Banyu), akhirnya belajar, belajar, belajar terus-menerus. Akhirnya bisa,” ucap Ipung saat berbincang dengan Kompas.com di Pasar Malam Caglak, Selasa (12/6/2024).
“Pertama belajar sih goyang dulu, biar badennya lemas. Nanti, kalau sudah lemas, salto. Kalau badan sudah lemas mah enak mau diapain juga,” lanjutnya sambil tertawa.
Sebagai pengayun Ombak Banyu, mereka menganggap besi adalah teman. Hampir setiap hari tangan mereka kontak langsung dengan besi. Mereka tak peduli meski beberapa bagian besi sudah berkarat.