Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengayun Ombak Banyu Pasar Malam: Rela Tangan Kapalan demi Pengunjung Terhibur

Kompas.com - 12/06/2024, 10:27 WIB
Baharudin Al Farisi,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Joni (21) dan Ipung (23) berpeluh keringat setelah jumpalitan di wahana ombak banyu yang berada di Pasar Malam Caglak, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Meski napas terengah-engah, mereka tetap melanjutkan atraksinya dengan memasuki sela-sela besi ombak banyu yang lebarnya hanya kurang dari satu meter.

Meski badan tak berotot, mereka tetap semangat mengayun wahana dengan jumlah pengunjung lebih dari 30 orang itu.

Tujuannya sederhana, Joni dan Ipung ingin pengunjung terhibur dan merasa sedang mengarungi ombak besar di tengah laut.

Baca juga: Kisah Joki Tong Setan Pasar Malam, Rela Bertaruh Nyawa demi Mengais Rezeki

Sejumlah pengunjung berteriak histeris, tetapi ada juga yang tertawa terbahak-bahak menikmati ayunan dari Joni serta Ipung. Pengunjung pun memegang besi Ombak Banyu dengan erat.

Di sela-sela atraksi, mereka berjoget seiring dengan lantunan lagu bertempo cepat atau “jedag-jedug” yang diputar melalui pengeras suara.

Tak jarang Joni dan Ipung mengajak pengunjung wahana Ombak Banyu bernyanyi di bawah lampu kerlap-kerlip ala pasar malam yang sangat meriah.

Salah satu pengunjung meminta para pengayun beratraksi lebih. Joni dan Ipung menurutinya. Setelahnya, mereka mendapatkan saweran dan tepuk tangan meriah dari pengunjung pasar malam.

Kisah pengayun Ombak Banyu

Ipung bekerja di pasar malam sejak 2018. Saat itu dia sedang menganggur dan memutuskan bertolak dari Arjawinangun, Cirebon, menuju Pedurenan, Bekasi untuk bekerja di pasar malam.

Sementara Joni, baru bekerja di pasar malam sejak 2021. Alhasil, pria asal Jawa Timur itu memutuskan berhenti dari pekerjaannya di Kalimantan untuk  menuju Tambun, Bekasi untuk bekerja di pasar malam.

Pekerjaan ini mereka ambil setelah mendapatkan tawaran dari teman di kampung halaman masing-masing.

Sewaktu awal bergabung, keduanya tidak langsung bekerja sebagai pengayun Ombak Banyu. Joni dan Ipung justru hanya menjaga wahana-wahana lain di pasar malam.

“Terus ya penasaran (sama pengayun Ombak Banyu), akhirnya belajar, belajar, belajar terus-menerus. Akhirnya bisa,” ucap Ipung saat berbincang dengan Kompas.com di Pasar Malam Caglak, Selasa (12/6/2024).

“Pertama belajar sih goyang dulu, biar badennya lemas. Nanti, kalau sudah lemas, salto. Kalau badan sudah lemas mah enak mau diapain juga,” lanjutnya sambil tertawa.

Sebagai pengayun Ombak Banyu, mereka menganggap besi adalah teman. Hampir setiap hari tangan mereka kontak langsung dengan besi. Mereka tak peduli meski beberapa bagian besi sudah berkarat.

Hasilnya, telapak tangan Joni dan Ipung kapalan, kulit terkelupas, dan terlihat bagian dalamnya.

Saat dipegang, kapalan pada telapak tangan Joni dan Ipung terasa mengeras. Warnanya juga tampak menghitam.

Baca juga: Minim Lahan Kosong di Jakarta, Pekerja Pasar Malam Kesulitan Cari Tempat Sewa

“Kalau dirasa-rasa, ya perih, tapi karena aktivitas, ya sudah. Ini juga memang sengaja enggak pakai plester. Nanti malah lembek kayak tomat busuk,” ucap Joni.

Kata Ipung, hari sial tidak pernah ada di kalender. Musibah bisa saja datang begitu saja.

Dia bercerita, suatu hari pelipis bagian kirinya pernah terkena baut ukuran 19 saat tengah beratraksi di wahana Ombak Banyu. Akibatnya, darah mengalir cukup deras dari pelipisnya.

Meski keadaannya tengah sakit, Ipung dan Joni harus tetap memaksakan diri untuk bekerja. Sebab, ia merasa tidak enak hati dengan karyawan pasar malam lain jika tak bekerja.

“Walau pun kayak gitu, terkadang kita memaksakan diri. Kalau cedera ringan, bisa kerja lagi, tinggal ke tukang urut,” ujar Ipung.

“Cuma kalau istirahat, kita enggak enak sama teman-teman yang lain. Kalau cedera satu, nanti ditambal sama yang lain, kita kerja wahana yang ringan-ringan,” tambahnya.

Pekerja pasar malam selalu mendapatkan gaji setiap hari. Hitungannya, 25 persen dari omzet harian pasar malam dibagi jumlah pekerja.

Oleh karena itu, wahana yang sepi peminat dan pekerja yang tidak sedang bekerja pada hari itu, tetap mendapatkan bagian yang sama.

Bagi Joni, bekerja di pasar malam sangat menyenangkan. Tetapi, ada saja orang yang memandang sebelah mata dan merendahkan pekerjaannya.

“Kadang kalau kita mau dekat sama lawan jenis, kadang orangtuanya yang sudah menjauhkan duluan. Dalam arti, 'ah, apa sih anak pasar malam? enggak punya masa depan', ya dipandang sebelah mata,” ungkap Joni.

Kalau pun bisa memilih, Joni ingin sekali menjadi insinyur. Namun, dia menyadari bahwa garis kehidupan setiap orang berbeda-beda.

Tuhan telah mentakdirkan dia sebagai pria pekerja keras dan gigih demi mencapai masa depan yang mapan.

“Anak pasar malam itu bukan berarti enggak punya masa depan. Cuma kan jalan menuju masa depan punya jalannya masing-masing,” kata dia dengan suara yang bergetar.

“Enggak harus kita mengikuti jalan orang lain atau orang-orang tertentu. Kita punya jalan sendiri-sendiri kita punya jalan kita sendiri-sendiri,” tambah dia.

Terlepas dari hal tersebut, Ipung dan Joni senang ketika melihat pengunjung gembira saat bermain di wahana pasar malam.

Raut wajah semringah para pengunjung terkadang selalu terbayang sebelum Joni terlepas dalam tidurnya.

“Ada rasa senang kita melihat anak bisa tertawa dengan keluarga, dengan bapak dan ibunya. Ada rasa senang tersendiri bisa membahagiakan orang lain,” ucap Joni.

“Cuma, ya kalau buat kita pribadi, ya... gimana ya… ‘kok masa kecil saya enggak begitu’. Kita malah iba sama diri kita sendiri. 'Kok kecil saya enggak begitu ya?', gitu,” lanjutnya.

Meski begitu, Joni dan Ipung tetap bersyukur kepada Sang Pencipta karena masih bisa bekerja lalu mengirimkan uang kepada keluarga di kampung halaman.

Baca juga: Lika-liku Bisnis Pasar Malam: Kalah Saing dengan Game Online, Hidup Nomaden agar Tak Bikin Bosan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube Rugi Rp 800 Juta

[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube Rugi Rp 800 Juta

Megapolitan
Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Megapolitan
Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Megapolitan
Dituduh Maling Motor, Pria di Grogol Dikeroyok 4 Orang

Dituduh Maling Motor, Pria di Grogol Dikeroyok 4 Orang

Megapolitan
Menang Kejuaraan Senam di Tingkat Provinsi, Siswi SD di Depok Tak Lolos PPDB

Menang Kejuaraan Senam di Tingkat Provinsi, Siswi SD di Depok Tak Lolos PPDB

Megapolitan
Warga Tegal Alur: Gibran dan Heru Budi Datang Hanya Bicarakan Soal Pengerukan Kali

Warga Tegal Alur: Gibran dan Heru Budi Datang Hanya Bicarakan Soal Pengerukan Kali

Megapolitan
Dishub Jaksel Bakal Razia Parkir Liar di Jalur Sepeda dan Trotoar di Senopati

Dishub Jaksel Bakal Razia Parkir Liar di Jalur Sepeda dan Trotoar di Senopati

Megapolitan
PLN: Pencurian Kabel Berbahaya, Bisa Menyebabkan Ledakan

PLN: Pencurian Kabel Berbahaya, Bisa Menyebabkan Ledakan

Megapolitan
Terkait Pilkada Jakarta, DPD Golkar : Ketua Umum Tengah Koordinasi dengan Partai di KIM

Terkait Pilkada Jakarta, DPD Golkar : Ketua Umum Tengah Koordinasi dengan Partai di KIM

Megapolitan
Cegah Banjir, Warga Tegal Alur Dukung Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar

Cegah Banjir, Warga Tegal Alur Dukung Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Perlintasan Stasiun Pondok Jati

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Perlintasan Stasiun Pondok Jati

Megapolitan
Ada Warteg Terbakar, Jalan Duren Tiga Arah Kemang Sempat Ditutup

Ada Warteg Terbakar, Jalan Duren Tiga Arah Kemang Sempat Ditutup

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com