Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geliat di Kampung Konfeksi Tambora, Industri Tak Kecil di Dalam Gang Kecil...

Kompas.com - 14/06/2024, 19:49 WIB
Rizky Syahrial,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Deru mesin jahit, mulai terdengar sejak memasuki Gang Kartika, Tambora, Jakarta Barat, Jumat (14/6/2024) siang.

Suara mesin-mesin itu berasal dari penjahit di garasi rumah yang posisinya saling berdempetan.

Para penjahit ini menenunkan kain-kain itu ke mesin jahit.

Suara mesinnya terdengar merdu. Seakan-akan para penjahit ini bergantian menginjak pedal mesin untuk membuat baju.

Perbedaannya terletak di mimik wajah mereka. Ada yang terlihat serius, ada yang terlihat bosan, dan ada yang senyum ke beberapa karyawan lain di rumah itu.

Baca juga: Menyambangi Gang Venus Tambora, Permukiman Padat yang Minim Sinar Matahari

Ada juga seorang bapak yang sedang duduk di pelataran rumah, sambil mengisap sebatang rokok di tangannya.

Kompas.com coba bertanya ke pria itu. Ia pun menjawab, permukiman ini dinamakan kampung konfeksi.

"Ini kampung konfeksi, Pak?" tanya Kompas.com ke pria itu.

"Betul, ini adalah kampung konfeksi," ucap dia.

Kampung itu berada tak jauh di Jalan Kali Anyar Raya, Tambora, Jakarta Barat. Tepatnya, sekitar 300 meter jaraknya dari Kantor Kelurahan Kalianyar.

Baca juga: Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Minim Sinar Matahari, Warga Gang Venus: Alhamdulillah Betah

Hampir setiap rumah di gang ini menjadi tempat usaha konfeksi. Perbedaan rumah konfeksi dan rumah biasa di gang ini terlihat jelas.

Rumah biasa tertutup rapat dan terlihat sepi. Sementara rumah konfeksi, lebih terbuka di bagian pelatarannya. Selain itu, ada tumpukkan baju-baju yang sudah jadi terbungkus rapih dengan plastik.

Deru mesin jahit, menjadi hal yang lumrah di gang ini. 

Industri di dalam gang kecil

Rumah konveksi milik BasukiKOMPAS.com/RIZKY SYAHRIAL Rumah konveksi milik Basuki

Suasana di gang itu bisa disebut sepi. Hampir tak ada warga sama sekali yang duduk di sisi gang. Isinya hanya sepeda motor yang terparkir di halaman rumah.

Sesekali, ada pengendara motor yang melintas membawa gundukkan kain di belakangnya. Pengendara motor tersebut berhenti di depan rumah konfeksi dengan pagar berkelir biru.

Baca juga: Saking Padatnya Permukiman Gang Venus, Sinar Matahari Tidak Masuk

Rumah konfeksi ini milik seorang pria paruh baya bernama Basuki (54).

Basuki yang memakai kaos berwarna merah ini, membantu pengendara motor untuk melepaskan tali yang terikat pada gundukkan kain di belakang motor.

Rumah Basuki tampak menanjak dari gang menuju ke dalam. Dengan perlahan, ia membawa ke dalam rumahnya.

Tak lama kemudian, seorang perempuan yang merupakan karyawannya membantu Basuki menopang tumpukkan kain itu, dan memasukkan ke dalam rumah.

Basuki kembali ke depan dan menyambut kedatangan Kompas.com ke lokasi.

Wajah-wajah tekun

Sembari tersenyum, Basuki mengajak masuk untuk melihat kegiatan usaha konfeksi yang ia geluti selama 10 tahun lamanya.

Baca juga: Semua Rumah Konfeksi di Gang Venus Kini Siaga APAR

Ketika masuk ke dalam ruangan sebesar kurang lebih 10×7 meter itu, atmosfernya terasa berbeda dengan yang ada di luar gang.

Ada empat perempuan yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Ada yang melipat baju, membungkus baju, ada yang ingin menghitung, dan ada yang menyetrika.

Namun, Basuki juga terlihat memiliki lantai dua di rumah konfeksinya. Sayangnya, Kompas.com tidak bisa naik ke bagian atas.

Tatapan para pekerja di rumah ini terlihat tajam seperti sedang mengerjakan soal ujian nasional yang sangat rumit.

Mereka dengan tekun menjahit satu demi satu kain untuk dijadikan pakaian.

Basuki pun mondar-mandir sama halnya seorang guru yang mengecek anak muridnya.

Baca juga: Peringati HUT DKI, Masuk Semua Tempat Rekreasi di Ancol Cuma Rp 150.000 pada 22 Juni 2024

Produksi 5.000 lusin baju

Pegawai Basuki memang harus serius. Sebab, ada pesanan 5.000 lusin kaos polos yang sedang dikerjakan saat ini. Basuki mengerjakan pesanan itu untuk salah seorang yang ia sebut "bos".

Sistemnya, Basuki mendapat bayaran untuk membuat baju ini. Bahan-bahan juga disediakan oleh bosnya.

Tetapi, ia tidak menyebut berapa jumlah nominal pastinya.

Setelah itu, bos ini akan menjual hasil produksi baju kaos dari konfeksi milik Basuki.

"Kami dapat uang dari bos, jadi hanya dipercayakan untuk produksi. Dibayar 'putus'," kata dia.

Ternyata ada tiga bos yang membayar ongkos jahit ke Basuki, yakni di Jembatan Tiga, Asemka, dan Jelambar.

Karyawannya juga yang mengirim pesanan baju itu ke para bos.

"Jadi saya anter juga tidak tahu bos jual di mana. Pesanan dari bos langsung kerjakan," papar Basuki.

Basuki memiliki 12 orang karyawan pada usahanya.

Tugasnya pun berbeda-beda. Ada yang mengobras, ada yang menjahit, ada mengemas, melipat, ada yang menyetrika, dan kurir.

Semua pekerja itu merupakan masyarakat yang tinggal di kawasan ini.

"Semua anak daerah yang tinggal di sekitar sini," terang Basuki.

Jumlah pesanan baju yang datang ke rumah Basuki cukup fantastis. Salah satunya pada minggu ini yang mencapai 5.000 lusin.

Biasanya, satu minggu pesanannya hanya mencapai 700 lusin dari salah satu bos.

"Kalau 700 lusin dengan jasa jahit saja, saya dapat omzet kurang lebih Rp 15 juta," papar Basuki.

"Itu kotor belum gaji karyawan dan lain-lain," tambah dia.

Ada momen tertentu saat tiga bos Basuki meminta pesanan. Momen itu yakni menjelang puasa, lebaran, dan imlek.

Apalagi pada saat momen kampanye Pilpres 2024 kemarin. Hal itu diibaratkannya ketiban durian runtuh.

Basuki sampai kewalahan pada momen itu. Ia akhirnya menolak permintaan produksi, karena karyawannya tidak banyak.

"Itu sampai saya tolak karena kewalahan. Banyak sekali yang memesan," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Sebut Judi 'Online' Kejahatan Luar Biasa, Pemberantasannya Harus Luar Biasa

Polda Metro Sebut Judi "Online" Kejahatan Luar Biasa, Pemberantasannya Harus Luar Biasa

Megapolitan
Polisi Deteksi 3 Pelaku Lain di Balik Akun Facebook Icha Shakila, Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Polisi Deteksi 3 Pelaku Lain di Balik Akun Facebook Icha Shakila, Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Megapolitan
Rombongan 3 Mobil Tak Bayar Usai Makan di Depok, Pemilik Restoran Rugi Rp 829.000

Rombongan 3 Mobil Tak Bayar Usai Makan di Depok, Pemilik Restoran Rugi Rp 829.000

Megapolitan
Kapolri Rombak Perwira di Polda Metro, Salah Satunya Posisi Wakapolda

Kapolri Rombak Perwira di Polda Metro, Salah Satunya Posisi Wakapolda

Megapolitan
Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Megapolitan
Kapolda Metro: Judi 'Online' Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Kapolda Metro: Judi "Online" Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Megapolitan
Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Megapolitan
Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi 'Online'

Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi "Online"

Megapolitan
Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Megapolitan
Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Megapolitan
Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Megapolitan
Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Megapolitan
Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Megapolitan
 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com