JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum tewas akibat kebakaran, Rusmiyati (60) tinggal di gubuk reyot tanpa adanya aliran listrik dan air.
Sehari-hari, mendiang menyalakan lilin untuk penerangan saat matahari telah terbenam di ufuk barat.
“Tanpa listrik dan air. Samping gubuknya itu kandang ayam. Sekitar gubuknya ya tanah gitu, karena itu tanah proyek,” kata Ketua RT 02/RW 07 Kelurahan Pejaten Barat, Marzuki, saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Sabtu (15/6/2024).
Baca juga: Lansia Sebatang Kara yang Tewas dalam Kebakaran di Pejaten Barat Bekerja Sebagai Pengemis
Sehari-hari, Rusmiyati bekerja sebagai pengemis. Dengan pakaian compang-camping dan membawa tongkat, perempuan yang akrab disapa Bu Ali itu selalu mangkal di depan SDN Pejaten Barat 05 Pagi.
“Masih waras (Rusmiyati). Cuma kan dia pekerjaannya minta-minta, pengemis. Dulunya dia kuli cuci, sudah tua, enggak kuat, jadi dia minta-minta,” ungkap Marzuki.
Rusmiyati tinggal sebatang kara di sebuah gubuk berdinding triplek dan beratap seng. Tempat tinggal korban berada di belakang salah satu rumah warga.
Berdasarkan sepengetahuan warga dan Marzuki, Rusmiyati tidak mempunyai anak.
Namun, dia mempunyai keponakan yang berada di Balaraja, Kabupaten Tangerang, dan adik kandung di Indramayu, Jawa Barat.
Jauh sebelum bertempat tinggal di gubuk reyot berukuran 2x1,5 meter itu, Rusmiyati hidup bersama sang suami di sebuah kontrakan di wilayah RT 02/RW 07 Kelurahan Pejaten Barat.
Baca juga: Korban Tewas dalam Kebakaran di Pejaten Barat adalah Lansia Sebatang Kara
Kemudian, suami Rusmiyati meninggal dunia. Akhirnya, korban tinggal seorang diri dengan bekerja sebagai kuli cuci pakaian di rumah tetangganya.
“Tahun berapa ya (suaminya meninggal), enggak tahu persis juga, sudah lama banget, waktu anak saya masih kecil. Sekarang saja anak saya sudah 30 tahunan,” ujar Marzuki.
Marzuki juga tidak mengetahui secara pasti sejak kapan Rusmiyati tinggal di gubuk tersebut. Hanya saja, hal ini terjadi sebelum Marzuki menjabat sebagai ketua RT setempat.
“Waktu 1997 apa, itu ada pembebasan tanah (tempat gubuk Rusmiyati). Saya saja jadi RT 2013. Sebelum saya jadi RT, waktu masih jadi orangtua muda, dia sudah ada dan tinggal di sana,” kata Marzuki.
“Kemungkinan (gubuknya) dibikin sama orang proyek dulu. Nah, itu kan tanah banyak rongsokan tuh, ya paling dia minta bikinin, gitu kali ya, kecil gitu,” ujar Marzuki melanjutkan.
Dalam periode puluhan tahun ini, Rusmiyati tinggal tanpa ada aliran listrik dan air. Sehari-hari, mendiang menyalakan lilin untuk penerangan saat matahari telah terbenam.
Warga bernama Khotib (46) yang bertempat tinggal dekat gubuk Rusmiyati ini pernah menawarkan sambungan kabel agar rumah sederhana mendiang mempunyai penerangan. Kendati demikian, dia menolak.
Baca juga: Kebakaran Rumah Bedeng di Pejaten Jaksel, 1 Orang Tewas
“Bahkan saya beli online kabel satu roll, cuma dia enggak mau. Saya mah maksudnya biar dia ada lampu gitu, ditarik dari tempat saya. Cuma dia enggak mau,” kata Khotib kepada Kompas.com dalam kesempatan berbeda.
Dengan begitu, Khotib hanya bisa membuat keran di samping rumah. Tujuannya agar Rusmiyati lebih mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari.
Pada intinya, Khotib memastikan, dia dan warga yang lain sudah sering menawarkan bantuan kepada Rusmiyati. Namun, dia selalu menolak.
Selama bermukim di wilayah RT 02, baik rumah kontrakan maupun gubuk reyot, Rusmiyati tidak pernah mengurus identitasnya yang masih terdaftar sebagai warga Balaraja.
Padahal, pengurus RT sudah beberapa kali mengimbau Rusmiyati untuk mengurus administrasi agar tercatat sebagai warga RT 02.
Karena tidak tercatat secara administrasi, tidak ada satu pun bantuan dari pemerintah yang Rusmiyati terima.
“Kita kan ada RW, LMK. Diajak ke Dinsos, enggak mau. Kalau bisa dibilang, orangnya itu ngeyel, enggak mau. Sebagai RT dan pemangku wilayah, sudah berperan. Dia sakit juga kita bantu dan urus,” pungkas Marzuki.
Baca juga: Permukiman Pernah Terbakar pada 2020, Gang Venus Kini Lebih Terang
Diberitakan sebelumnya, kebakaran yang menghanguskan gubuk Rusmiyati ini terjadi pada Sabtu (8/6/2024) sekitar pukul 21.34 WIB.
Perwira Piket Sudin Gulkarmat Jakarta Selatan, Agus Guritno Gunawan mengatakan, api yang melahap gubuk Rusmiyati ini berasal dari lilin.
“(Rusmiyati) sedang tidur seorang diri, menyalakan lilin sebagai penerangan," kata Agus dikutip dari keterangan yang diterima Kompas.com.
"Tanpa disadari, lilin terjatuh dan menyambar barang-barang yang mudah terbakar di sekitarnya," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.