JAKARTA, KOMPAS.com - Rusmiyati (60), perempuan yang meninggal dunia akibat kebakaran di RT 02/RW 07, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, merupakan lansia yang hidup sebatang kara.
Rusmiyati tinggal seorang diri di sebuah gubuk berdinding triplek dan beratap seng. Tempat tinggal korban berada di belakang salah satu rumah warga.
“Sebatang kara,” kata Ketua RT setempat, Marzuki, saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya, Sabtu (15/6/2024).
Baca juga: Kebakaran Rumah Bedeng di Pejaten Jaksel, 1 Orang Tewas
Jauh sebelum tinggal di gubuk reyot berukuran 2 x 1,5 meter itu, Rusmiyati hidup bersama sang suami di salah satu kontrakan yang ada di wilayah RT 02/RW 07 Kelurahan Pejaten Barat.
Kemudian, suami Rusmiyati meninggal dunia. Akhirnya, ia tinggal seorang diri dengan bekerja sebagai kuli cuci pakaian di rumah tetangganya.
“Tahun berapa ya (suaminya meninggal), enggak tahu persis juga, sudah lama banget, waktu anak saya masih kecil. Sekarang saja anak saya sudah 30 tahunan,” ujar Marzuki.
Marzuki juga tidak mengetahui secara pasti sejak kapan Rusmiyati tinggal di gubuk tersebut. Hanya saja, hal ini terjadi sebelum Marzuki menjabat sebagai ketua RT setempat.
“Waktu 1997 apa, itu ada pembebasan tanah (tempat gubuk Rusmiyati). Saya saja jadi RT 2013. Sebelum saya jadi RT, waktu masih jadi orangtua muda, dia sudah ada dan tinggal di sana,” kata Marzuki.
“Kemungkinan (gubuknya) dibikin sama orang proyek dulu. Nah, itu kan tanah banyak rongsokan tuh, ya paling dia minta bikinin, gitu kali ya, kecil gitu,” imbuh dia.
Baca juga: Kebakaran Akibat Gas Bocor, Warga Bogor Alami Luka Bakar 30 Persen
Dalam periode puluhan tahun ini, Rusmiyati tinggal tanpa ada aliran listrik dan air. Sehari-hari, ia menyalakan lilin untuk penerangan saat matahari telah terbenam.
Khotib (46) yang tinggal di dekat gubuk Rusmiyati ini pernah menawarkan seperangkat kabel agar rumah sederhana mendiang mempunyai penerangan. Kendati demikian, dia menolak.
“Bahkan saya beli online kabel satu roll, cuma dia enggak mau. Saya mah maksudnya biar dia ada lampu gitu, ditarik dari tempat saya. Cuma dia enggak mau,” kata Khotib kepada Kompas.com dalam kesempatan berbeda.
Dengan begitu, Khotib hanya bisa membuat keran di samping rumah. Tujuannya agar Rusmiyati lebih mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari.
Pada intinya, Khotib memastikan, dia dan warga yang lain sudah sering menawarkan bantuan kepada Rusmiyati. Namun, dia selalu menolak.
Sebelum tewas akibat kebakaran, Rusmiyati sehari-harinya bekerja sebagai pengemis.
Baca juga: 8 Mobil Rongsok Terbakar di Satpas SIM Daan Mogot