JAKARTA, KOMPAS.com - Rusmiyati (60), pengemis sebatang kara yang tewas dalam kebakaran gubuk di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, puluhan tahun tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Enggak dapat bantuan. Dia juga waktu zaman pandemi Covid-19 juga enggak pernah dapat bansos,” ujar Ketua RT 02/RW 07 Kelurahan Pejaten Barat, Marzuki, saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (15/6/2024).
Baca juga: Sebatang Kara, Lansia yang Meninggal Terbakar Dalam Gubuk di Pejaten Hidup Tanpa Listrik dan Air
Hal ini karena Rusmiyati tidak terdata sebagai warga RT 02/RW 07, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), ia merupakan warga Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Jauh sebelum Rusmiyati tewas akibat insiden kebakaran, Marzuki sudah meminta mendiang untuk mengurus administrasi agar bisa tercatat sebagai warga Jakarta. Hanya saja, dia tidak mengurusnya.
“Dia enggak punya data dari sini. Dulu disuruh bikin KTP buat pindah ke RT 02. Kan dulu masih mudah tuh, masih gampang (pindah domisili). Walaupun enggak punya rumah, masih bisa. Nah, sekarang sudah enggak bisa,” ujar Marzuki.
“Semua warga yang enggak terdata juga enggak dapat bantuan. Kalau secara administrasi dan identitasnya warga sini, bansos, kartu lansia, pasti dapat. Saya kan suruh urus juga buat dia,” lanjut dia.
Meski tidak pernah mendapatkan, warga setempat kerap kali memberikan bantuan kepada Rusmiyati yang selama ini tinggal di sebuah gubuk reyot.
Baca juga: Lansia Sebatang Kara yang Tewas dalam Kebakaran di Pejaten Barat Bekerja Sebagai Pengemis
Berdasarkan sepengetahuan warga dan Marzuki, Rusmiyati tidak mempunyai anak.
Hanya saja, dia mempunyai keponakan yang berada di Balaraja, Kabupaten Tangerang, dan adik kandung di Indramayu, Jawa Barat.
“(Warga) sering (kasih bantuan), peduli, mereka enggak cuek. Tapi, si ibu ini yang cuek. Dikasih ini dan itu, enggak mau. Kalau warga mah peduli. Waktu dia sakit saja ada yang suapin,” ujar Marzuki.
Warga bernama Khotib (46) yang tinggal dekat gubuk Rusmiyati ini pernah menawarkan sambungan kabel agar rumah sederhana mendiang mempunyai penerangan. Namun, dia menolak.
“Bahkan saya beli online kabel satu roll, cuma dia enggak mau. Saya mah maksudnya biar dia ada lampu gitu, ditarik dari tempat saya. Cuma dia enggak mau,” kata Khotib kepada Kompas.com dalam kesempatan berbeda.
Dengan begitu, Khotib hanya bisa membuat keran di samping rumah. Tujuannya agar Rusmiyati lebih mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari.
Baca juga: Korban Tewas dalam Kebakaran di Pejaten Barat adalah Lansia Sebatang Kara
Pada intinya, Khotib memastikan, dia dan warga yang lain sudah sering menawarkan bantuan kepada Rusmiyati. Namun, dia selalu menolak.
Diberitakan sebelumnya, kebakaran yang menghanguskan gubuk Rusmiyati ini terjadi pada Sabtu (8/6/2024) sekitar pukul 21.34 WIB.
Perwira Piket Sudin Gulkarmat Jakarta Selatan, Agus Guritno Gunawan mengatakan, api yang melahap rumah Rusmiyati ini berasal dari lilin.
“(Rusmiyati) sedang tidur seorang diri, menyalakan lilin sebagai penerangan," kata Agus dikutip dari keterangan yang diterima Kompas.com.
"Tanpa disadari, lilin terjatuh dan menyambar barang-barang yang mudah terbakar di sekitarnya," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.