Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kompas.com - 18/06/2024, 19:28 WIB
I Putu Gede Rama Paramahamsa,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para perantau dari Gunung Kidul, Yogyakarta, membangun desanya dari hasil kerja keras selama bekerja di Jakarta. 

Perantau yang bergabung dalam Paguyuban Palem Manunggal itu pernah mengumpulkan dana untuk membangun masjid di kampung halamannya.

Sugito (68) perantau Jakarta dari Gunung Kidul menceritakan usaha Paguyuban untuk membantu pendanaan desa dalam membangun masjid.

"Di kampung mengadakan (membangun) masjid. Kita bawa proposal dari kampung, kita cari dana di sini," ujar Sugito saat ditemui di Taman Gajah Dharmawangsa, Selasa (18/6/2024).

Baca juga: Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Sugito dan kawan-kawan sengaja menginisiasi pembangunan itu karena masjid di desanya sangat jauh dari rumah warga. 

"Kita kalau mau Jumatan, orang tani kalau mau Jumatan, kalau dari sawah enggak keburu. Jadi punya inisiatif kita bikin masjid," ujar Sugito.

Sugito dan kawan-kawan paguyubannya pun meminta bantuan dana dari sesama perantau dari daerah yang sama. 

Usaha Sugito dan kawan-kawannya dalam mengumpulkan warga desanya membuahkan hasil. Sebanyak 99 anggota Paguyuban Pelem Manunggal bersedia menyumbang.

Pada tahun 1990, masjid telah rampung dibangun. Meskipun penyelesaian pembangunan masjid masih terus berlanjut hingga beberapa tahun.

Baca juga: Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

"Setelah itu dibangun dan dibangun. Sampai sekarang, istilahnya, kalau ada renovasi, kita bantu," ujar laki-laki tersebut.

Sugito juga menjelaskan bahwa pada beberapa tahun pertama, masih sedikit warga desa yang hadir untuk beribadah ke masjid. Padahal untuk Sholat Jumat dapat dikatakan sah, harus ada 40 orang yang sholat di masjid tersebut.

"Dan dulu, biar sah masjid itu kan, untuk orang Jumatan, minimal 40 orang. Kadang-kadang wanita pun ikut Jumatan supaya memenuhi standar. Supaya hidup," ujar Sugito sembari tertawa mengenang masa lalunya.

Kini, Paguyuban Pelem Manunggal tidak lagi beranggotakan 99 orang. Sugito mengaku bahwa banyak anggota lama yang telah meninggal dunia dan anak-anak muda dari desa mereka turut membuat paguyuban serupa di Jakarta.

Baca juga: Pedagang Siomay di Kebayoran Baru Rutin Berkurban Tiap Tahun, Menabung untuk Patungan Sapi

"Kalau dulu banyak ya. Karena sudah ada yang meninggal dan remajanya juga sebagainnya juga punya paguyuban sendiri, jadi tinggal yang sepuh-sepuh saja. Sekarang tinggal sekitar 40-an orang," tutupnya.

Ia kemudian mengenang betapa bermanfaatnya Paguyuban Pelem Manunggal dahulu. Ia mengaku, bahwa dahulu paguyuban dapat membangun keperluan desa, gapura, hingga memberikan ternak kepada kaum duafa.

"Alhamdulillah, zaman dulu bisa bangun kampung, bikin gapura, tiap pintu (gang) itu bikin gapura biar seragam semua. Terus bantu kaum duafa, istilahnya dikasih ternak berupa ayam atau kambing supaya berkembang," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Sebut Judi 'Online' Kejahatan Luar Biasa, Pemberantasannya Harus Luar Biasa

Polda Metro Sebut Judi "Online" Kejahatan Luar Biasa, Pemberantasannya Harus Luar Biasa

Megapolitan
Polisi Deteksi 3 Pelaku Lain di Balik Akun Facebook Icha Shakila, Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Polisi Deteksi 3 Pelaku Lain di Balik Akun Facebook Icha Shakila, Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Megapolitan
Rombongan 3 Mobil Tak Bayar Usai Makan di Depok, Pemilik Restoran Rugi Rp 829.000

Rombongan 3 Mobil Tak Bayar Usai Makan di Depok, Pemilik Restoran Rugi Rp 829.000

Megapolitan
Kapolri Rombak Perwira di Polda Metro, Salah Satunya Posisi Wakapolda

Kapolri Rombak Perwira di Polda Metro, Salah Satunya Posisi Wakapolda

Megapolitan
Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Megapolitan
Kapolda Metro: Judi 'Online' Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Kapolda Metro: Judi "Online" Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Megapolitan
Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Megapolitan
Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi 'Online'

Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi "Online"

Megapolitan
Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Megapolitan
Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Megapolitan
Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Megapolitan
Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Megapolitan
Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Megapolitan
 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com