JAKARTA, KOMPAS.com - Mulidi (51) mengaku kerap dipandang sebelah mata karena menjadi seorang pelukis jalanan.
Meski begitu, ia tak mau ambil pusing apa yang orang katakan dan pikirkan tentang profesinya yang sudah digeluti selama 25 tahun itu.
"Walaupun diremehkan, bagi saya enggak masalah," ujar pria yang akrab disapa Atu saat berbincang dengan Kompas.com di lapaknya yang berada di depan Blok M Square, Jakarta Selatan, Selasa (18/6/2024) malam.
"Artinya bukan tidak peduli, jadi enggak mau memikirkan lah orang lain yang meremehkan pekerjaan saya," lanjut Atu.
Menurut Atu, yang terpenting saat ini dirinya tetap bisa berkarya dan mendapatkan pelanggan.
Ia juga bersyukur, meski sekarang sedang tidak banyak pesanan, namun para pelanggan lamanya masih setia menghubungi untuk memesan lukisan.
Berkat mereka, Atu masih terus bertahan melukis di Blok M Square yang, saksi bisu jatuh bangunnya sebagai pelukis jalanan selama seperempat abad terakhir.
"Ya pelanggan tetap mah ada saja ya untungnya. Paling enggak buat sehari-hari ada," kata Atu.
"Tapi kalau lagi enggak ada ya kadang-kadang sampai murung, gelisah, karena enggak bisa dimungkiri kita kan juga makan, ngasih uang ke keluarga di kampung," ungkapnya.
Atu mengatakan, mimpinya sebagai pelukis jalanan tak pernah muluk-muluk. Ia hanya berharap bisa tetap melukis dan berharap pilihan hidupnya mampu menghidupinya.
"Kalau harapan buat pameran dan sebagainya sih saya udah enggak kepikiran ke sana. Yang penting buat makan sehari-hari, dan tetap bisa melukis sudah cukup," tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.