JAKARTA, KOMPAS.com - Semangat untuk membangun DKI Jakarta masih membara di dalam diri Basuki Tjahaja Purnama atau yang populer disapa Ahok.
Hasrat untuk menjadi pemimpin yang melayani dan bekerja untuk rakyat pun masih sama seperti saat ia mendampingi Joko Widodo maju di Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 silam,
"Karena saya ingin kepemimpinan saya itu menjadi etalase, bahwa pemimpin itu harus melayani, bukan dilayani," ujar Ahok dalam acara Ask Ahok Anything (A3) di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (22/6/2024).
Di depan sekitar 350 orang yang hadir di dalam acara tanya jawab terbuka itu, Ahok sekaligus meyakinkan bahwa ia bukanlah Ahok yang dulu lagi.
Bukan lagi sosok tempramental alias bersumbu pendek, ia menyebut dirinya kini bak seorang diplomat.
Baca juga: Ahok: Secara Teori Saya Sulit Maju di Pilkada Jakarta Lagi
"Dulu, kalau orang bilang ini whisky padahal air, saya bisa berdebat mati-matian sama dia. Sekarang sudah enggak. 'Oh iya maaf Pak. Mungkin lidah kita beda'," ujar Ahok.
"Jadi, sekarang saya lebih diplomat lah ya. Tetapi bukan bohong, karena saya akan tetap menyampaikan kebenaran," lanjut eks Komisaris Utama Pertamina itu.
Perubahan itu diakui bersumber dari dua tahunnya "berkuliah" di Rumah Tahanan Markas Korps Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok. Ahok menjadi lebih mengenal diri sendiri sehingga mampu mengendalikan tutur dan sikap.
Apalagi, tanpa bermaksud mengagungkan suku tertentu, lanjut Ahok, sang istri adalah orang Jawa yang halus. Sedikit banyak, hal itu berpengaruh pada dirinya.
Baca juga: Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya Ngikut
Perubahan ke arah lebih baik ini pula yang membuatnya jauh lebih siap apabila harus mengemban tugas sebagai orang nomor satu di Jakarta.
"Kalau saya dikasih kesempatan lagi (untuk menjadi Gubernur Jakarta), saya akan jauh lebih siap," ujar Ahok disambut tepuk tangan dan sorak sorai.
Tetapi, realitas politik saat ini menempatkan Ahok pada posisi sulit untuk kembali berlaga di Pilkada Jakarta.
Penonton acara A3 sontak kecewa dengan pernyataan Ahok ini. Mereka spontan berkata, "yaaah...".
Baca juga: Ahok: Sekarang Saya Lebih Siap Jadi Gubernur
Setidaknya terdapat dua hal yang membuat Ahok berada dalam posisi sulit ini. Pertama, partai politik tempat Ahok bernaung tidak se-powerfull dahulu.
"Partai saya cuma 15-16 kursi sekarang ya. Kalau dulu 25. Padahal PDI-P menurut saya partai dengan sistem terbaik, tetapi selalu didiskreditkan," lanjut Ahok.