JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Depok bernama Amadea Fahdinda (27) mengajak setiap orang meluangkan waktu untuk keluarga sebelum mereka menghadap Sang Pencipta.
Sebagai orang yang pernah ditinggal pergi dua anggota keluarga untuk selama-lamanya, Dea mengajak semua selalu menghargai waktu dan momen yang tercipta saat bersama mereka.
“Luangkan banyak waktu bareng keluarga, bikin banyak memori sama mereka. Karena, kita enggak tahu sampai kapan bisa bareng mereka,” kata Dea kepada Kompas.com, Senin (1/7/2024).
“Karena, enggak ada yang bisa gantikan kenangan itu dengan apa pun,” ujar Dea melanjutkan.
Baca juga: “Bokap dan Kakek Sudah di Tempat Jauh Lebih Baik, Sudah Enggak Sakit-sakit Lagi”
Saat seseorang sudah ditinggal pergi, kata Dea, hati rasanya sepertinya mempunyai celah atau bolong sampai kapan pun.
“Kayak rasa dukanya enggak pernah hilang,” ujar Dea.
Kalau pun bisa meluangkan waktu, Dea berpesan agar selalu mengabadikan momen tersebut sekecil apa pun.
“Soalnya saya jarang foto sama bokap. Jadi, saya enggak punya banyak kenang-kenangan foto sama dia,” kata Dea.
Dea menggambarkan perjalanan perasaannya kehilangan dua orang terkasih, yakni ayah Ferdinandy Wahyudi dan kakeknya Johnny Wahyudi, dalam sekali waktu.
Baca juga: Viral Lagu Sal Priadi, 6 Makam di Tanah Kusir Berhias Bunga Matahari
Dua orang yang sangat Dea sayangi itu meninggal dunia setelah berjuang melawan virus corona. Johnny mengembuskan napas terakhir pada 1 Juli 2021, sedangkan Ferdinandy pada 14 Juli 2021.
Saat itu, Dea sempat denial dan berkecamuk mengingat kepergian keduanya dalam jarak waktu yang sangat dekat.
Dia tidak menampik dan mempertanyakan mengapa virus corona harus datang ke Indonesia lalu merenggut nyawa ayah dan kakeknya.
Apalagi, perasaan kesal memuncak ketika ada beberapa orang yang tidak percaya dengan pandemi Covid-19.
“Ya beratlah intinya. Tapi memang tahun itu tahun terberat sih buat banyak orang. Karena, waktu itu pas Covid-19 varian delta dan Indonesia benar-benar chaos,” kata Dea.
Setelah tiga tahun kepergian mereka, kini perasaan anak kedua dari empat bersaudara itu telah masuk ke dalam tahap penerimaan bahwa semuanya merupakan kehendak Tuhan.