Jembatan yang melintang di atas Kali Ciliwung tersebut menjadi penanda perbatasan antara wilayah Pasar Minggu dan Balekambang.
Lebar jembatan itu hanya berkisar 3,5 meter dan hanya muat dilintasi oleh dua sepeda motor.
Jalan menuju jembatan tersebut menanjak di salah satu sisi, dan menurun curam di sisi lainnya.
Oleh karenanya, para pengendara yang melintas di jalan itu tampak berhati-hati.
Bahkan, salah seorang pengendara yang dijumpai Kompas.com memilih menuntun motornya karena takut menuruni jalanan curam itu.
Baca juga: Gangguan PDN Bikin Layanan Imigrasi Macet, Pengamat: Mestinya Tak sampai Berjam-jam
“Kayak melewati jembatan ‘shiratal mustaqim’. Dari pas menikung saja, saya (berpikir) ‘nanjak enggak nih?’, kan gitu,” kata pengendara bernama Dede.
“Akhirnya, pas mau turun, ya nge-down duluan. Ya cukup sekian dan terima kasih ya. Siapa yang mau nyungsep konyol?” ucap dia.
Tak hanya Dede, beberapa pengendara lain juga tampak kesulitan mencapai puncak jembatan tersebut. Alhasil, motor pengendara itu tak kuat menanjak dan muatan kendaraan berhamburan ke pinggir jalan.
Meski menjadi idola pengendara, dalam konteks tata kota, keberadaan jalan tikus justru kerap luput dari perhatian pemerintah.
Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, keberadaan jalan tikus seperti anak haram yang dibutuhkan.
“Permukiman yang padat, tentu membutuhkan jalan-jalan tikus. Karena tadi, keterbatasan lahan, kemudian antarbangunan yang begitu padat (lalu) melahirkan jalan tikus,” ujar Nirwono kepada Kompas.com.
Nirwono mengatakan, jalan tikus justru tidak mempunyai payung hukum khusus karena statusnya sebagai jalan di tengah perkampungan.
“Nah, repotnya, tidak diakui secara hukum dalam Undang-Undang Jalan, dalam konteks ini, jika terjadi kecelakaan, baik itu antar kendaraan atau pemotor atau bahkan dengan penghuni, itu dalam konteks ranah hukum, menjadi sulit,” pungkas dia.
Hal ini pula yang menyebabkan jalan tikus kerap kali kurang mendapat perhatian, sehingga dibiarkan berlubang berlama-lama dan konturnya tak merata.
Baca juga: Lalu Lintas di Sekitaran Monas Macet Imbas Perayaan HUT Bhayangkara ke-78
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.