JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika (19) yang tewas dianiaya seniornya meminta agar pelaku diberikan hukuman setimpal.
"Harapan keluarga tentunya mendapatkan keadilan dengan memberikan hukuman yang setimpal kepada seluruh pelaku pembunuhan almarhum Putu," kata Tumbur Aritonang Kuasa Hukum Putu saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (4/7/2024).
Baca juga: Kasus Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior Dilimpahkan ke Kejaksaan, Keluarga Bersyukur
Hal senada juga disampaikan oleh ibunda Putu, Ni Nengah Rusmini, yang berharap agar putranya bisa mendapat keadilan.
"Kami sangat berharap kasus anak kami tetap berlanjut dan diusut tuntas agar anak kami mendapat keadilan yang seadil-adilnya," kata Rusmini.
Rusmini juga mengatakan, dirinya baru saja mendapat kabar dari Polres Metro Jakarta Utara terkait berkas kasus Putu yang sudah diserahkan ke kejaksaan.
Ia sangat bersyukur karena akhirnya mendapat kabar perkembangan penyidikan kasus putranya.
Rusmini berharap, setiap tahap dalam proses kasus Putu bisa berjalan dengan semestinya sehingga persidangan segera dilaksanakan.
"Sehingga, proses persidangan cepat dilaksanakan dan anak saya memperoleh keadilan yang setinggi-tingginya," kata Rusmini.
Baca juga: Keluarga Sebut Kejaksaan Sudah Rekonstruksi Ulang Kasus Siswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior
Sebagai informasi, Putu tewas usai dianiaya oleh seniornya sendiri, yakni Tegar.
Tegar dan ketiga temannya merasa Putu kurang sopan karena memasuki ruang kelas dengan menggunakan pakaian olahraga.
Akhirnya, salah seorang pelaku berinisial A lah yang pertama kali memanggil Putu untuk turun ke lantai 2 serta menggiringnya masuk ke kamar mandi pria.
A juga berperan sebagai pengawas selama proses kekerasan itu dilakukan.
Adapun W dan K adalah orang yang mendorong Tegar untuk memukul Putu.
Tegar memukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hatinya hingga terkapar dan lemas.
Baca juga: Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak
Saat korban terkapar, Tegar merasa panik dan berusaha menolong dengan menarik lidah Putu.
Namun, lidah Putu yang ditarik membuat kondisinya semakin buruk dan jalur pernapasannya tertutup sampai akhirnya tewas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.