Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Lebaran Warga Pulau Seribu

Kompas.com - 12/08/2013, 07:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Selat dan lautan tidak pernah menjadi penghalang bagi warga Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, untuk menjaga silaturahim. Tak peduli punya perahu atau tidak, mereka berusaha menjumpai sanak famili di pulau lain. Bagi mereka, Lebaran menjadi momentum tahunan yang tidak bisa ditinggalkan.

Perahu yang dikemudikan Asep (40) perlahan merapat di Dermaga Pulau Panggang, Rabu (7/8) sore itu. Empat jam lagi, beduk maghrib mengakhiri Ramadhan 1434 Hijriah. Satu demi satu penumpang yang berjumlah 30 orang itu sigap melompat ke dermaga.

Mereka warga Pulau Pramuka yang ingin menyeberang ke Pulau Panggang atau sebaliknya. Sebagian yang lain, wisatawan dari Jakarta yang ingin berlibur.

Tak lama menunggu, perahu Ojek Permata I yang dikemudikan Asep itu kembali dipenuhi penumpang. Pria asal Tangerang, Banten, yang sudah 15 tahun tinggal di Kepulauan Seribu itu pun kembali menarik gas guna mengantarkan penumpangnya ke pulau seberang.

Sore itu, tak tampak persiapan khusus Asep menyambut Lebaran. Seragam kerjanya masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Kaus oblong dipadu celana pendek selutut.

”Lebaran berhenti (narik) sebentar untuk ikut shalat Id (Idul Fitri). Setelah itu kembali
narik,” ujarnya.

Asep merupakan salah satu dari 11 penyedia jasa penyeberangan yang melayani rute Pulau Pramuka, Pulau Karya, dan Pulau Panggang. Ini nama-nama pulau di kawasan Kepulauan Seribu, yang secara administratif sebuah kabupaten di wilayah DKI Jakarta.

Tarif sekali menyeberang cukup murah, rata-rata Rp 3.000 per orang. Tak seperti angkutan umum lain, ongkos penyeberangan di Kepulauan Seribu tak berubah, meski menjelang Lebaran, harga bahan bakar naik.

Saat Lebaran, perahu ojek, seperti milik Asep, memegang peran vital. Perahu ojek itu urat nadi bagi warga setempat untuk bersilaturahim antarpulau seusai shalat Id. Tidak sedikit pula, warga Kepulauan Seribu yang memiliki makam leluhur di lain pulau, seperti Pulau Karya.

”Setelah shalat Id, hari pertama Lebaran kami bersilaturahim dengan keluarga satu pulau dulu. Baru pada hari kedua, ziarah ke Pulau Karya dan mengunjungi saudara lain yang cukup jauh,” ujar Abilah (56), nelayan di RT 006 RW 003 Pulau Panggang.

Saudara Abilah tersebar di Pulau Pramuka dan Pulau Tidung, selain di Tangerang dan Serang (Banten). Saat berkunjung ke rumah saudara di pulau terdekat, Abilah naik perahu ojek penyeberangan.

Namun, untuk beranjang sana ke saudara di Pulau Tidung, ia menggunakan perahu sendiri. Sejauh ini, belum ada perahu penyeberangan dari Pulau Panggang, tempat tinggalnya, ke pulau itu. Ongkos naik perahu sendiri juga lebih murah karena hanya keluar enam liter bahan bakar untuk sekali jalan. Adapun jika menyewa perahu, biayanya sampai Rp 300.000.

Silaturahim antarpulau

Tidak seperti Abilah, sebagian warga telah bersilaturahim antarpulau pada hari pertama Lebaran. Kamis (8/8) pagi, selepas shalat Id, kesibukan warga untuk menyeberang dari satu pulau ke pulau lain cukup terasa.

Perahu-perahu bermuatan penuh warga bergerak dari satu dermaga ke dermaga lain, melintasi laut yang membiru diterpa cuaca cerah. Dari kejauhan, pulau-pulau kecil di seberang itu terlihat indah. Angin kencang di perairan Kepulauan Seribu pada hari Lebaran itu bukan penghalang mereka bersilaturahim ke pulau lain.

Mun’im Ikhwanun (28), warga Pulau Panggang yang lain, menuturkan, silaturahim sesama keluarga ataupun antartetangga di Kepulauan Seribu masih terjalin erat. Di satu pulau, bahkan sehari orang bisa dua kali bertamu. Pagi hari untuk bersalaman dan saling meminta maaf, malam hari untuk mengobrol banyak hal.

Mun’im memiliki 10 saudara. Saat Lebaran lalu, delapan di antaranya berkumpul di rumah orangtuanya, Khusni (79). ”Hari pertama Lebaran biasanya dimanfaatkan untuk silaturahim keluarga. Hari kedua berziarah ke makam keluarga,” ujar guru honorer di SD Pulau Untung Jawa dan pemandu wisata itu.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com