Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Tak Akan Cabut Syarat Spidometer dan Rem Tangan

Kompas.com - 29/08/2013, 15:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
— Basuki Tjahja Purnama mengatakan tidak akan memenuhi permintaan pengusaha metromini yang menuntut penghapusan syarat spidometer dan rem tangan dari uji KIR. Wakil Gubernur DKI Jakarta itu hanya memikirkan nasib para sopir metromini.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan telah memberikan kelonggaran untuk mengembalikan kendaraan kepada pengusaha yang mau memperbaiki armada metromininya. Namun, para pengusaha justru menawar untuk menghapuskan syarat spidometer dan rem tangan dalam pengujian KIR.
 
"Saya kira tidak bisa dong, namanya KIR kan harus ada syaratnya. Sementara kalau kita lepasin jalan, terus ada yang mati, gimana? Jadi, saya kira tetap ikuti peraturanlah," ujar Basuki di Balaikota, Kamis (29/8/2013).

"Yang penting kita pikirin bagaimana sopir-sopir ini dapat pekerjaan. Itu kan bukan salah sopir juga. Kalau bosnya enggak mau perbaiki itu mobil gimana karena biayanya gede?" ucapnya lagi.

Basuki menyatakan bahwa Pemprov DKI tengah menyiapkan 2.000 bus baru untuk menggantikan sejumlah kendaraan umum di Jakarta yang sudah tidak layak jalan. Nantinya, sopir-sopir metromini akan diseleksi untuk bekerja menggunakan bus baru tersebut.

Basuki juga menegaskan tidak akan mengabulkan tuntutan para pengunjuk rasa untuk melepaskan 140 metromini yang telah "dikandangkan" oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Menurutnya, kendaraan metromini yang tidak layak jalan memang harus ditangkap.

 "Ya enggak boleh dikeluarin kalau dia (pengusaha bus) enggak mau janji beli baru," ujar dia.
 
Bukan hanya Basuki, Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Syafrin Liputo juga menyatakan bahwa permintaan peniadaan spidometer dan rem tangan sangat tidak masuk akal. Apalagi sampai meminta Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono dicopot dari jabatannya.

Dia mengatakan, rem tangan dan spidometer asli memang sulit didapatkan karena sebagian besar kendaraan yang digunakan untuk angkutan umum di Jakarta diproduksi pada 20-30 tahun silam. Meski begitu, Syafrin menegaskan bahwa rem tangan dan spidometer yang harus dipasangkan pada kendaraan tidak harus asli.

Kamis pagi ini, para sopir metromini melakukan aksi demo di depan Balaikota. Selain meminta dilepaskannya kendaraan metromini yang telah dikandangkan, mereka juga menuntut agar Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono dicopot dari jabatannya. (Dyah Arum Narwastu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com