Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Angkot soal Denda Maksimal: Itu "Nyekek" Orang Namanya

Kompas.com - 27/12/2013, 13:45 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sopir angkutan umum menolak rencana penerapan denda maksimal bagi para sopir angkutan umum yang ngetem di pinggir jalan. Kebijakan tersebut dianggap memberatkan para sopir.

Slamet (38), sopir angkot 02 jurusan Pulogadung-Kampung Melayu, mengatakan sudah mengetahui rencana Pemprov DKI Jakarta tersebut. "Enggak setuju itu. Sama saja nyekek orang namanya," kata Slamet kepada Kompas.com di Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (27/12/2013).

Slamet mengatakan, denda ratusan ribu yang bakal dikenakan membuat para sopir yang pendapatnya pas-pasan akan sulit membayarnya. Dia berharap, jika nanti kebijakan itu diberlakukan, denda yang diberikan tidak lebih dari Rp 100.000.

"Kalau yang wajar masih mendingan. Kalau Rp 500.000 keterlaluan buat sopir, orang kecil," ujarnya.

Slamet mengungkapkan, sopir angkot ngetem demi mendapatkan penumpang. Sebab, banyaknya persaingan dari angkot yang jumlahnya banyak membuat sulit jika mengandalkan mencari penumpang di jalan.

"Terlalu banyak mobil, jadi harus ngetem biar ada penumpang," ujar Slamet.

Menurutnya, ngetem merupakan hal yang lumrah dilakukan para sopir angkot. "Kalau kita malu ngetem sembarangan. Paling berapa menit buat ngambil penumpang kayak di terminal sini," katanya lagi.

Heri (31), sopir angkot M16 jurusan Kampung-Melayu-Pasar Minggu, mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan memilih ngetem di luar terminal karena angkot beberapa jurusan tidak diperkenankan ngetem di dalam Terminal Kampung Melayu. Hal ini karena kondisi Terminal Kampung Melayu sudah penuh.

"Kalau kita angkot M-16 sama angkot M-06 kan enggak bisa ngetem di terminal sini (Kampung Melayu), sudah enggak ada tempat. Kebanyakan gitu, kita disuruh jalan sama petugas dishub," ujar Heri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com