Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Segera Bujuk Wali Kota Tangerang Setujui Sodetan Ciliwung-Cisadane

Kompas.com - 22/01/2014, 07:05 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berjanji akan segera menemui Wali Kota dan Bupati Tangerang untuk "membujuk" mereka menyetujui sodetan Ciliwung-Cisadane.

"Saya mau secepatnya menemui mereka. Butuh waktu, memang," ujar Jokowi di Balaikota, Jakarta, Selasa (21/1/2014). Kepada mereka, Jokowi mengaku ingin menjelaskan bahwa sodetan tersebut sangat berarti untuk penanggulangan banjir Jakarta.

Jokowi pun yakin kekhawatiran warga Tangerang jika sodetan akan "memindahkan" banjir ke Tangerang tidak akan terjadi. "Hitung-hitungan kapasitasnya sudah ada. (Apalagi) sodetan itu kan ada pintunya. Kalau penuh, ditutup. Kalau masih ada (ruang kapasitas), dibuka," ujar dia.

Kapasitas maksimal debit air di Sungai Cisadane adalah 1.900 meter kubik per detik. Dalam kondisi banjir maksimal, level debit air sungai itu 1.150 meter kubik per detik. Sementara saat kondisi normal, debit airnya hanya 50-200 meter kubik per detik.

Atas sejumlah pertimbangan, rapat koordinasi yang dihadiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum, pimpinan daerah Jakarta, Jawa Barat, Bogor, Depok, serta Bekasi memutuskan, debit air yang masuk sodetan Ciliwung-Cisadane akan dibatasi 200 meter kubik per detik.

Artinya, debit air di Cisadane dalam kondisi maksimal, yakni 1.350 meter kubik per detik. Level itu jauh dari kapasitas maksimalnya.

Soal permintaan Pemkot dan Pemkab Tangerang agar Cisadane dinormalisasi, Jokowi pun menyerahkan hal itu kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Ia berharap sembari membangun sodetan Ciliwung-Cisadane, Kementerian Pekerjaan Umum juga dapat melakukan normalisasi terhadap Sungai Cisadane.

Seperti diberitakan sebelumnya, Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah menolak rencana pembangunan sodetan Sungai Ciliwung-Cisadane. Arief menilai kondisi Cisadane dan Bendung Pasar Baru Cisadane (Pintu Air 10) tak mendukung sodetan.

"Kalau dilihat dari kondisi Pintu Air 10, kondisinya tidak akan kuat menahan gempuran aliran air dari sodetan. Jadi, sodetan sangat tidak layak dilakukan," kata Arief, Selasa. Dia mengatakan, jika sodetan itu jadi dibangun dan menimbulkan banjir, maka dampaknya akan dirasakan oleh warga Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.

Dari hasil pemantauannya di Pintu Air 10, Arief mengatakan, penjaga pintu juga membenarkan bahwa bendungan tersebut tidak akan sanggup menahan air dari sodetan Ciliwung. "Dari penjelasan penjaga pintu air itu, saya mengambil kesimpulan bahwa program sodetan ini tidak bisa diterapkan di Kota Tangerang. Kalau pihak lain punya argumen teknis tentang program sodetan, maka kami punya argumen realistis," kata Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com