Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dulu Lima Tahun Sekali, Sekarang Tiap Tahun Ngungsi..."

Kompas.com - 05/02/2014, 10:47 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Warga RW 01 Rawa Buaya, Jakarta Barat, kembali mengungsi di halte transjakarta karena rumahnya terendam banjir, Rabu (5/2/2014). Ada alasan sendiri mengapa halte menjadi pilihan, di antaranya, karena posisi halte lebih tinggi dibanding dengan lokasi pengungsian lainnya.

Seorang warga RW 01, Suparlan (48), mengungkapkan, setiap banjir, halte transjakarta selalu menjadi pilihan mengungsi. Akan tetapi, kata dia, dulu mengungsi hanya lima tahun sekali. Kini, setiap tahun dilakoni. 

"Kalau dulu, ya paling enggak mengungsi ke sini (halte) tiap lima tahun sekali, sekarang kok tiap setahun sekali ya. Tahun lalu mengungsi, tahun ini (mengungsi) lagi," kata Suparlan, saat ditemui di Halte Transjakarta Jembatan Baru, Jakarta, Rabu (5/2/2014).

Kondisi cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini membuat jantungnya berdegup kencang. Harapannya, musim hujan segera berlalu dan ia bisa mendiami rumahnya dengan tenang tanpa ada ancaman banjir.

Selama tiga pekan terakhir, hujan yang mengguyur Ibu Kota tak merata penyebarannya. Cuaca juga tak menentu. Terkadang cerah, tiba-tiba hujan sangat deras. Begitu pula air yang melintasi Kali Mookevart, dekat kediaman Suparlan. Saat hujan deras kembali mengguyur daerah itu, debit air Kali Mookevart meluap hingga merendam rumah-rumah warga. Sebaliknya, ketika hujan berhenti, air langsung surut. Suparlan sekeluarga pun kembali ke rumah mereka untuk membereskan sisa-sisa banjir.

"Kemarin udah sempet bubar balik ke rumah, eh malamnya jam 2 naik lagi airnya. Capek banget bolak-balik angkat barang lagi sampai empat kali kayak begini," kata dia.

Ia pun berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengeruk endapan lumpur Kali Mookevart. Sebab, katanya, sudah lama sampah dan lumpur kali tersebut tidak dikeruk. Menurut Suparlan, kedalaman kali itu seharusnya 5 meter. Saat ini, kedalaman hanya satu meter dan sisanya dipenuhi lumpur dan sampah.

Suparlan telah 24 tahun tinggal di daerah tersebut. Ia pun menyatakan mau direlokasi jika ada normalisasi Kali Mookevart.

"Yah, kita kan cuma warga biasa. Kalau memang sudah disuruh Pak Gubernur, kita ngikut saja," ujarnya.

Berdasarkan info yang dihimpun dari posko relawan Halte Transjakarta Jembatan Baru, ada 229 jiwa atau 64 KK dengan 25 anak-anak yang mengungsi. Sementara di RW 01 Rawa Buaya, sebanyak 12 RT dengan 1.400 jiwa terdampak banjir.

Selain di Halte Transjakarta Jembatan Baru, warga mengungsi ke Pasar Sentra, Pos RW, dan Masjid Baiturrahman. Untuk kegiatan sanitasi, warga terpaksa harus berjalan sekitar 250 meter menuju WC umum. Ada empat titik WC umum di sekeliling posko pengungsian. Sementara, untuk logistik, warga merasa sudah merasa tercukupi oleh segala bantuan yang datang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com