Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Hunian Rusun Dialihsewakan, Jokowi dan Ahok Dicurangi

Kompas.com - 27/02/2014, 07:05 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Praktik ilegal menyewakan hunian rumah susun di Jakarta rupanya masih terjadi. Tidak lagi hanya satu atau dua hunian yang jadi "obyekan" oknum tak bertanggung jawab, tetapi kini ratusan hunian dialihsewakan secara bebas.

Di Cluster A, Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, misalnya, terdapat lebih dari 200 hunian yang disewakan. Penyewa adalah orang-orang yang secara administrasi tak diperbolehkan mendapatkan rusun dari pemerintah, yakni ratusan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP).

Bagaimana modus alih sewa rusun itu? Siapa saja yang terlibat? Kompas.com, Rabu (26/2/2014), mewawancarai salah satu tim gubernur dan wakil gubernur yang melaksanakan inspeksi mendadak untuk membongkar praktik alih sewa di rusun Marunda tersebut.

"Di Cluster A ada empat blok yang banyak disewakan ke mahasiswa. Dari operasi kami, ada lebih dari 200 hunian yang disewakan. Gila kan?" terang pria yang meminta anonimitas untuk wawancara ini.

Dia melanjutkan, Kepala Unit Pelaksana Teknis atau UPT Rusun Marunda Maharyadi seakan tutup mata dengan aksi alih sewa. Pasalnya, meski berdasarkan laporan dia sering kali datang untuk meninjau rusun di sana, praktik ilegal itu nyatanya masih terjadi.

"Terlalu menuduhlah kalau kita bilang Kepala UPT bekerja sama. Tapi bisa dibilang dia tutup mata. Pura-pura tidak tahu. Jadi kayak gubernur dan wakil gubernur dicurangin bawahan gitu, " ujarnya.

Modus alih sewa hunian rusun yang terjadi adalah melalui warga rusun yang telah tinggal lama di sana. Ada oknum yang menawarkan ke mahasiswa-mahasiswa tersebut. Tak hanya itu, oknum tersebut juga meminta mahasiswa yang tinggal di rusun untuk mempromosikan rusun kepada teman lainnya agar makin banyak yang menyewa.

Setiap bulan, para mahasiswa itu diminta ongkos sewa bervariasi antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Mereka mendapat fasilitas listrik dan air di dalam hunian itu. Sayangnya, sidak tidak menemukan kepada siapa mereka membayar.

Mengungkap praktik alih sewa hunian rusun ini bukan perkara mudah. Anggota tim ini harus berhadapan dengan oknum warga yang menyewakan rusun, bahkan sempat dikerumuni dan nyaris dikeroyok mafia rusun sebelum diselamatkan polisi.

"Mereka itu sudah lingkaran mafia. Saling melindungi. Enggak tau mereka bekerja sama dengan Kepala UPT atau enggak. Tapi dia (Kepala UPT) pasti sih tahu, enggak mungkin enggak tahu," ujarnya.

Ahok meradang, Jokowi berkerut

Temuan fakta itu menjadi dasar diselenggarakannya pertemuan antara Wakil Gubernur, Kepala UPT Rusun Marunda, kepolisian, staf Dinas Perumahan dan Bangunan Pemerintah, serta pihak lain pada Rabu siang.

Di dalam rapat itu, Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama meradang. Basuki marah-marah kepada sejumlah peserta rapat, mempertanyakan praktik ilegal tersebut bisa terjadi. "Gua penjarain semua yang terlibat," tegas Basuki dalam rapat tertutup tersebut.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengerutkan dahi saat Kompas.com mengonfirmasi temuan itu. Menurut dia, memang tidak mudah mengontrol ribuan hunian di rusun tersebut. Namun, bukan berarti pihaknya mengabaikan penyelewengan.

Jokowi pun berjanji akan menindaklanjuti temuan ini dengan serius. "Semua yang tak sesuai aturan pasti ditindak, dicopot," ujarnya.

Kepala UPT Rusun Marunda Maharyadi, yang ditemui setelah rapat di ruang pertemuan Wagub DKI, enggan menjawab pertanyaan Kompas.com. Dia berkilah akan ke toilet terlebih dahulu.

Setelah ditunggu lama, rupanya dia menyelinap keluar toilet sehingga belum ada keterangan yang didapat darinya. Kendati demikian, dalam rapat, Maharyadi mengatakan kepada Basuki bahwa dia telah mencium praktik alih sewa itu. Dia pun mengaku telah melaporkan kasus itu ke polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Megapolitan
Longsor 'Teror' Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Longsor "Teror" Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Megapolitan
Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com