Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Borok Transportasi Ibu Kota Negara

Kompas.com - 30/03/2014, 08:11 WIB


KOMPAS.com - Seabrek masalah transportasi Ibu Kota. Sampai-sampai masalah lama pun baru disadari menjadi ganjalan. Belakangan polemik soal penggunaan bahan bakar gas memanas. Semua angkutan umum diarahkan menggunakan bahan bakar gas.

Hal ini tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Namun, seruan itu bertepuk sebelah tangan. Sejalan dengan penambahan jumlah angkutan umum, galibnya diikuti dengan penambahan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).

Pemerintah lamban memperbanyak suplai gas ke pasaran hingga merata dan mudah dijangkau angkutan umum. Sampai akhir tahun ini, paling tidak DKI Jakarta membutuhkan 45 SPBG. Namun, baru ada delapan SPBG yang sering dimanfaatkan operator angkutan umum. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berkali-kali mengingatkan pemenuhan suplai gas merupakan tanggung jawab pemerintah pusat.

Dilanggar

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta M Akbar mengatakan, keberadaan SPBG di Jakarta baru berkembang sejalan dengan pengembangan moda angkutan transjakarta tahun 2006. Namun, Akbar mengakui penambahan SPBG timpang dengan penambahan jumlah bus.

Tahun ini saja Pemprov DKI menambah 310 bus gandeng transjakarta dan 346 bus sedang. Namun, belum ada penambahan SPBG secara signifikan memenuhi kebutuhan moda angkutan tersebut.

Menurut Akbar, memang tidak fair jika menuntut semua moda angkutan umum berbahan bakar gas, sementara suplai gas belum mencukupi. Seharusnya pemerintah pusat menganggapnya sebagai layanan masyarakat. Pasokan gas dicukupi sesuai kebutuhan, baru menuntut semua moda angkutan berbahan bakar gas.

Lantaran harus mengacu pada bahan bakar gas, sumbangan 30 bus transjakarta dari pihak swasta terkendala karena semua bus itu berbahan bakar solar. Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama murka.

”Jika bus sumbangan ini dipersoalkan menggunakan bahan bakar solar, lalu mengapa bus sedang dan bus besar yang lain dibiarkan,” kata Basuki bersuara lantang.

Jangankan angkutan umum, mobil dinasnya, Toyota Land Cruiser, pun berbahan bakar solar. ”Kalian tahu, mobil ini, mobil ini, memakai solar, bukan gas,” kata Basuki sambil menggebrak mobilnya.

Polemik ini pula yang membuat konsorsium bus transjakarta gerah. Kontrak kerja sama mereka dengan UP Transjakarta (kini berubah menjadi PT Transportasi Jakarta) akan segera berakhir. Mereka hendak memesan bus baru untuk kelanjutan kerja sama berikutnya.

”Kami pesan bus jauh-jauh hari sebelum kontrak berakhir. Agar ketika kontrak baru ditandatangani, kami sudah siap dengan bus baru. Kami ingin memastikan apakah boleh menggunakan bus dengan bakar solar,” kata Direktur Operasional PT Mayasari Bhakti Arifin Azhari.

Arifin bersama empat konsorsium bus transjakarta menghadap Basuki. Mereka mengeluh, SPBG yang tersedia belum mencukupi kebutuhan di lapangan. ”Kami ingin kepastian saja, jika memang gasnya ada, tidak masalah kami akan beli bus dengan bahan bakar gas. Tetapi, jika tidak, bagaimana nasib bus kami,” katanya.

Lantaran Perda Nomor 2 Tahun 2005 itulah pembelian bus transjakarta tidak bisa leluasa. Sebab, produsen bus Eropa tidak banyak yang memproduksi bus dengan bahan bakar gas. Hal ini mempersempit peluang produsen bus Eropa mengikuti tender pengadaan bus angkutan di Jakarta.

Amarah Basuki meledak terkait hal itu. ”Mengapa kita tidak bisa beli bus Eropa. Mengapa busnya merek itu-itu saja, mengapa tidak sekalian beli merek dindong atau tongtong,” ucapnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Megapolitan
Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Megapolitan
Pesinetron 'Tukang Bubur Naik Haji' Rio Reifan Positif Sabu

Pesinetron "Tukang Bubur Naik Haji" Rio Reifan Positif Sabu

Megapolitan
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Megapolitan
Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com