Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Hidup Dekat Sampah, Warga Centex Takut Kena Penyakit

Kompas.com - 08/04/2014, 17:31 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Centex di Gang Masjid pada RW 10 kawasan Centex, di Ciracas, Jakarta Timur, khawatir sampah yang menumpuk di lingkungan sekitar mereka bisa menimbulkan penyakit. Ditambah lagi aroma tidak sedap yang mereka hirup setiap hari.

Asmawi, warga RT 01 RW 10, menuturkan sudah banyak keluhan dari warga, terutama yang rumahnya berhadapan langsung dengan tempat pembuangan sampah liar tersebut.

"Kita terutama khawatir dengan kesehatan anak-anak karena memang sering bermain dekat situ," kata Asmawi kepada Kompas.com, Selasa (8/4/2014) siang.

"Kalau penyakit parah yang langsung belum ada. Tapi, dari udara bau sampah itu bisa mengganggu pernapasan," lanjut Asmawi.

Senada diungkapkan Hambali (41), warga RT 03 RW 10. Dia mengatakan, anak-anak di situ sering menderita gatal-gatal. 

"Banyak warga yang sudah sesak napas dan muntah-muntah karena bau yang terbawa angin masuk ke dalam rumah sekitar yang ada di tempat sampah ini. Lalatnya juga sangat luar biasanya. Ini kalau siang menyengat sekali baunya, kalau malam warga juga tutup pintu karena bau tak sedap," ujar Hambali.

Dihubungi terpisah, Ketua RT 01 RW 10, Yamini (59), mengaku belum mendapat laporan mengenai adanya warga yang terjangkit penyakit akibat sampah tersebut. Namun dia tidak menampik telah menerima keluhan soal bau tidak sedap akibat sampah.

"Ya kadang-kadang kalau anginnya kencang bau. Pada waktu hujan juga nguap baunya," ujar Yamini.

Yamini menambahkan, terdapat 30 kepala keluarga yang berbatasan langsung dengan lokasi pembuangan sampah tersebut. Merekalah, lanjut dia, yang paling merasakan dampak buruk tumpukan sampah di lahan seluas 3.000 meter persegi itu.

Dia tidak membantah warga memang membuang sampah di tempat itu. "Selama ini memang dibuang ke situ," ujarnya.

Menurut Yamini, kondisi air di tempat itu juga di wilayah itu tidak layak dikonsumsi. "Airnya memang tidak bersih dan bau. Jadi kayak mengandung besi. Kalau kita cuci pakaian itu jadi kuning," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, sudah 10 tahun warga Centex hidup tidak jauh dari lokasi pembuangan sampah liar. Tempat itu menjadi kubangan sampah yang luas dan berbau.

Lahan itu sebelumnya merupakan tanah basah dengan luas sekitar 4.900 meter persegi. Namun, karena tidak pernah ditangani bertahun-tahun, lebih dari separuh dari luas lahan itu kini menjadi kubangan sampah seluas 3.000 meter persegi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Megapolitan
Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com