Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: Jokowi Harus Benahi Manajemen Kontrol Anggaran

Kompas.com - 24/04/2014, 12:35 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesian Corruption Watch (ICW) Febri Hendri menilai banyaknya temuan anggaran ganda pada APBD DKI 2014 disebabkan manajemen kontrol Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang lemah. Padahal, kata dia, di setiap pengarahannya kepada SKPD dan UKPD, Jokowi berulang kali mengimbau untuk memiliki manajemen kontrol yang baik.

"Jokowi memang harus membenahi manajemen kontrolnya agar sesuai dengan ucapannya yang selama ini disampaikannya," kata Febri, saat dihubungi wartawan, di Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Dia menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta tetap harus dapat mengungkap pihak-pihak yang sengaja memasukkan anggaran berlebih. Pembahasan itu, lanjut dia, telah termasuk ke dalam indikasi melakukan tindak pidana korupsi. Terlebih lagi, penggelembungan anggaran tiap dinas mencapai ratusan miliar rupiah.

Melalui e-budgeting, pihak eksekutif, dalam hal ini Gubernur, Wakil Gubernur, serta Kepala BPKD terbantu untuk dapat mengunci anggaran tidak perlu. Seharusnya, melalui sistem e-budgeting, kata Febri, Jokowi dapat menumbuhkan rasa takut pada SKPD untuk tidak melakukan penggelembungan anggaran. Namun, anggaran ganda masih muncul pada APBD 2014. Setelah melakukan koreksi melalui e-budgeting, Febri berharap Jokowi mampu mengontrol lebih kuat proses pemasukan mata anggaran.

"Walaupun anggaran itu belum digunakan, sudah ada rencana untuk melakukan korupsi, bahkan kolusi. Jangan sampai hal ini terulang kembali di periode selanjutnya," kata Febri.

Pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) DKI Endang Widjajanti mengungkapkan Pemprov DKI telah mengunci puluhan ribu mata anggaran ganda pada APBD DKI 2014. Tercatat, ada 18.000 dari total 72.000 mata anggaran yang diduplikasi. Totalnya mencapai Rp 1,8 triliun. Duplikasi mata anggaran ganda, kata dia, terjadi karena buruknya sistem perencanaan di sejumlah instansi terkait.

"Bisa saja unit pengguna anggaran kurang teliti atau tidak berkoordinasi sehingga terjadi duplikasi anggaran. Kita akan terus membenahi dan APBD DKI dapat terserap untuk kesejahteraan masyarakat," kata Endang.

Anggaran ganda itu terjadi di Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan Gedung Pemda DKI, Dinas Perhubungan, Dinas Tata Ruang, Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B), Dinas Pendidikan, dan lainnya.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi adanya penggelembungan anggaran dan kerugian negara, Pemprov DKI mulai menerapkan sistem e-budgeting mulai tahun ini. Meskipun demikian, satu risikonya adalah tingginya sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) 2014. Sebab, apabila anggaran itu digunakan, negara akan mengalami kerugian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Megapolitan
Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com