Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawuran Antarwarga Seusai Bagikan Makanan Sahur

Kompas.com - 14/07/2014, 22:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tawuran antarwarga masih kerap terjadi. Korban pun berjatuhan akibat bentrokan yang terjadi di sejumlah daerah di Ibu Kota tersebut.

Terakhir, keributan terjadi antarkelompok setelah melakukan kegiatan membagikan makanan sahur di jalan umum atau populer dengan sebutan sahur on the road. Tawuran itu terjadi di kawasan Jalan Moh Yamin, Menteng, Jakarta Pusat, sekitar pukul 06.05 WIB, Minggu (13/7).

Keributan itu mengakibatkan seorang warga, Salman (18), warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, terkena sabetan senjata tajam di bagian pinggang. Dan, sepeda motornya, Scoopy bernomor polisi B 3357 SMR, dibakar pelaku.

”Sampai saat ini pelaku penusuk korban belum jelas. Kami masih melakukan penyelidikan. Saksi kami masih minim,” kata Kepala Kepolisian Sektor Menteng Ajun Komisaris Besar Gunawan, Minggu petang.

Secara terpisah Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto menjelaskan, keributan itu tepatnya terjadi di bawah jembatan layang di Jalan Cikini Raya, dekat Stasiun Cikini, di seberang sebuah restoran cepat saji.

Awalnya korban bersama 10 temannya dengan menggunakan sejumlah kendaraan melintas di Jalan Cikini Raya. Di depan sebuah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), rombongan korban melihat rombongan sahur on the road dari kelompok lain di samping trotoar depan SPBU itu. Korban terus melaju, tetapi kemudian berhenti di bawah jembatan layang tersebut.

Selang lima menit kemudian, melintas rombongan kelompok lain yang dilihat rombongan korban di trotoar SPBU. Rombongan itu diawali tiga mobil dan diikuti puluhan sepeda motor. Lalu rombongan itu berhenti di depan restoran cepat saji, sementara rombongan korban masih berhenti di bawah jembatan layang.

”Tiba-tiba terjadilah tawuran kedua kelompok itu. Masih belum jelas siapa lebih dahulu memulai. Tawurannya cukup cepat. Di lokasi bekas tawuran, selain sepeda motor korban yang terbakar, juga ditemukan sebuah gir diikatkan ke sebuah kain kuning, yang diduga milik kelompok pelaku yang menusuk korban,” tutur Rikwanto.

Lebih lanjut, Rikwanto mengimbau agar masyarakat tidak perlu melakukan kegiatan sahur on the road. Itu karena kegiatan tersebut banyak mudharat-nya. Hal itu terjadi karena tidak sedikit terjadi gesekan di antara kelompok-kelompok pelaksana kegiatan tersebut, yang berpotensi terjadi perkara pidana atau sedikitnya mengganggu kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan lain.

Penerima makanan dan minuman itu juga tidak bisa mendapat kepastian makanannya aman untuk disantap karena pemberinya cepat berlalu.

Menurut Rikwanto, jika ingin bersedekah dengan memberi makanan-minuman untuk sahur atau buka puasa, sebaiknya dibagikan dahulu atau diprioritaskan untuk masyarakat di lingkungan permukiman sendiri. ”Lihat sekeliling kita, apa benar para tetangga kita sudah tidak kesulitan makan. Kalau sudah bisa dipastikan tetangga kita bebas dari kesulitan makan, barulah bergerak ke luar lingkungan yang lebih luas,” katanya.

Atau, lanjutnya, drop makanan itu di masjid di dekat pusat kegiatan masyarakat, yang pasti akan didatangi umat yang hendak makan sahur atau berbuka puasa. (ART/RTS/RAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com