Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

”Ngelestariin Persodaraan” Lewat Udara

Kompas.com - 20/08/2014, 21:48 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Ibarat api, kerukunan bisa ’mati’ jika tidak dijaga sumbunya. Salah satu sumbu penjaga kerukunan itu adalah Komunitas Betawi Suara Kampung Sawah, di Bekasi, Jawa Barat. Radio komunitas ini tak henti-hentinya menyuarakan isu persaudaraan.

Radio komunitas ini menempati ruangan berukuran 3 meter x 2,5 meter. Siang itu, penyiar radio, yakni Haji Sudirman (62), mengudara di 105,2 FM menyapa pendengar. Sesekali Sudirman menyelingi siarannya dengan lantunan lagu Betawi.

”Buat saya, jadi penyiar radio bukan hanya pintar cuap-cuap, tetapi harus punya sikap rendah hati dan mau melayani. Apalagi radio SKS ini misinya ngelestariin pesodaraan, tutur pria asli Betawi itu.

Proses berdirinya Radio SKS dilakukan sejak 2012. Berawal dari tawaran mendirikan radio oleh badan Pelayanan Komunikasi Masyarakat dari Persatuan Gereja-gereja Indonesia (Yakoma-PGI), beberapa orang menyambutnya dengan mengadakan pertemuan.

”Pertemuan sejak November 2012 dari berbagai kelompok agama yang ada di sini, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Lalu disusun visi radio ini, yaitu memelihara persaudaraan warga Kampung Sawah,” kata Jacob Napiun, tokoh masyarakat yang ikut membidani lahirnya radio Suara Kampung Sawah (SKS).

Tidak berhenti di situ, agar warga semakin akrab dengan radio, diadakan pelatihan jurnalistik sebanyak lima kali dengan materi yang berbeda-beda. ”Seorang narasumber bilang, gencarnya informasi bisa membuat sesuatu yang tidak bernilai menjadi berharga atau sebaliknya. Melalui radio, kami ingin memelihara kerukunan dan keberagaman yang justru sangat bernilai. Ini syiarnya,” ujar Jacob.

Meskipun demikian, radio tidak lantas berdiri. Pembelian alat terkendala dana. Untuk mengatasinya dibuatlah koran komunitas Suara Kampung Sawah (SKS) yang terbit perdana bulan Januari lalu. Pada masa kampanye pemilu legislatif, koran ini menjadi sarana memasang iklan para caleg.

Akhirnya, dana yang terkumpul dari bantuan Yakoma-PGI dan iklan koran komunitas SKS, dibelilah peralatan untuk mendukung siaran radio, seperti mixer dan transmitter.

”Untuk menaranya kami dapatkan dari seorang caleg yang ditukar dengan beriklan di koran,” kata B Eddy Pepe, ketua pengurus radio SKS.

Radio santun

Radio SKS mengudara sejak sore pukul lima hingga tengah malam. Radius siarannya sekitar 5 kilometer dari stasiun penyiaran.

Selain Haji Sudirman, masih ada sembilan penyiar lain. ”Saya bukan paling senior untuk penyiar, melainkan paling tua,” ujar mantan Lurah Bidaracina itu bercanda.

Beberapa acara radio itu di antaranya adalah goyang dangdut, tembang keroncong, campursari, dan diskusi mingguan. Diskusi mingguan bisa membahas soal kearifan lokal, infrastruktur, anak muda, dan yang sedang dirancang adalah wawasan kebangsaan.

”Yang khas adalah adanya dialog antara penyiar dengan warga yang telepon atau sms. Dialeknya khas. Bisa jadi lagunya sedikit, dialognya banyak, kadang ada pantunnya lagi,” kata Jacob.

Ketika Sudirman tidak siaran, banyak yang menanyakan. Rupanya, para pendengar kangen sapaannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com