”Kalau yang telepon orang Betawi saya sapa dengan cara Betawi. Kalau orang Sunda saya sapa dengan cara Sunda. Dengan orang Jawa juga bisa. Saya coba agar pendengar itu puas, tetapi tidak ada yang tersinggung,” kata Sudirman yang juga Sekretaris Paguyuban Umat Beragama Melati Mandiri itu.
Sudirman pun tak ragu memperbaiki pesan singkat atau salam melalui telepon yang tidak sopan. Baginya, bahasa dan ucapan mesti mencerminkan semangat persaudaraan dengan tidak merendahkan orang lain.
Topik budaya
Selain musik, radio SKS juga mengangkat topik diskusi mengenai budaya Betawi, misalnya ngerojeng.
Ngerojeng adalah ritual seseorang yang hendak memanen sawah sehari sebelum panen. Harapannya, sawah dapat dipanen dengan lancar. Budaya lain seperti ngejotin, yaitu budaya saling antar makanan ketika Lebaran dan Idul Fitri.
Memang masyarakat Kampung Sawah itu unik. Di sana banyak masyarakat Betawi yang memeluk agama Kristen dan Katolik. Menilik sejarahnya, gereja Kristen Pasundan sudah berdiri pada 1874 dan gereja Katolik St Servatius pada 1896.
Berdampingan dengan Gereja Kristen Pasundan ada masjid besar, yang dikelola Yayasan dan Pondok Pesantren Fisabillillah. Meski berdekatan, pengikutnya bisa saling menghormati, menghargai, bahkan saling membantu jika ada hari besar keagamaan.
”Ketiga tempat ibadah itu sering disebut segitiga emas yang menjadi pusat aktivitas warga Kampung Sawah, selain karena sejak dahulu ada sekolah dan puskesmas,” kata Eddy.
Kini wilayah Kampung Sawah terbagi tiga kelurahan, yaitu kelurahan Jati Murni, Jati Warna, dan Jati Ranggon.
Tantangan ke depan
Seiring waktu berjalan, para pendatang turut menghuni Kampung Sawah. Hal ini menjadi tantangan menyebarkan nilai kerukunan karena sebagian besar tinggal di kawasan perumahan yang tertutup.
”Kami, para orangtua, sudah bercerita kepada anak kami tentang budaya Betawi dan nilai persaudaraan. Tetapi, hanya sebagian kecil yang peduli,” kata Jacob.
Karena itulah agar nilai kerukunan dan persaudaraan yang sudah terbentuk tetap terjadi, dibuatlah kegiatan yang dapat dijadikan sarana untuk mengingatkan masyarakat tentang nilai-nilai yang sudah puluhan tahun dihidupi bersama, misalnya ngeriung bareng.
Selain ngeriung bareng yang mulai diselenggarakan sejak 2009, juga dilakukan dialog budaya, gelar budaya, dan temu generasi. Harapannya, persaudaraan yang sudah terbangun tetap terjaga. Sebagaimana dikatakan leluhur Jacob, siapa pun yang tinggal, makan, dan minum dari tanah di Kampung Sawah, dia mesti menjadi orang Kampung Sawah dengan segala tradisinya.
Kini, warga Kampung Sawah tengah mengembangkan situs Kampung Sawah agar pesan persaudaraan semakin diterima banyak orang. ”Ada istilah Betawi, gogolio, yaitu semacam permainan terompet dari batang padi. Suaranya beragam dan menarik. Semoga koran dan radio ini seperti gogolio, dari sana keluar suara yang indah,” kata Eddy. (A12)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.