Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patung Pancoran Paling Sulit "Dimandikan"

Kompas.com - 07/09/2014, 09:22 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Ada aktivitas tak biasa di Patung Pancoran, sejak bulan Agustus lalu, Patung Dirgantara alias Patung Pancoran sedang "dimandikan'. Tiang-tiang besi, karet karet pengikat, jaring (paranet), tangga besi ada di atas patung setinggi 11 meter dengan tinggi tiang penyangga 27 meter.

Jika "beruntung" Anda bisa melihat beberapa pria berseragam oranye bergelantungan untuk bisa mencapai ke atas patung. Mirip seperti akrobat di udara. "Semua pemanjat ini semua ahli dan sudah bersertifikat dari Garuda Nusantara," kata Andia Sumarno, Humas Pelaksanaan Konservasi Patung Dirgantara kepada Kompas.com, Jumat (5/9/2014).

Dalam sebuah ruangan dadakan sederhana bertutup terpal dan beralas tikar yang tepat berada di bawah patung, Andia dan tujuh orang pemanjatnya tengah beristirahat. Sekalipun terlihat lelah, namun mereka masih tetap bersemangat dan ceria. Sesekali gurauan pun dilontarkan satu sama lain.

"Sekarang ini lagi istirahat. Nanti mulai lagi jam 20.00 atau 21.00 WIB. Kalau pagi mulainya jam 10.00, setelah orang kantor berangkat, dan berhenti sebelum orang kantor pulang. Lanjut lagi malamnya," ujarnya.

Penyesuaian jam kerja ini bukan dilakukan tanpa perhitungan. Pria berambut putih ini menuturkan jam ini dipilih dengan pertimbangan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Tak dimungkiri, setiap pagi dan sore hari, kawasan ini selalu dipadati dengan kendaraan yang lalu lalang. Bahkan setiap harinya, baik di jalan protokol maupun flyover selalu terjadi kemacetan parah. Kemacetan ini menjadi salah satu penghambat pekerjaan bersih-bersih Andria dan tim-nya.

"Kami sangat mengutamakan safety. makanya semua konstruksi dibuat tengah malam dan dipasang paranet. Tujuannya biar kalau pas lagi dibersihkan, tidak ada benda-benda yang jatuh dan menimpa mobil. Nah, kalau lagi macet kan bisa lebih bahaya di fly over. Jadinya, cari waktu yang jalannya agak sepi untuk menghindari kecelakaan," ujarnya.

Ia mengatakan, dibanding patung-patung lainnya yang sudah dibersihkan sebelumnya, yaitu Patung Selamat Datang (HI), Pembebasan Irian Barat (Lapangan Banteng), Tugu Tani (Senen), Arjuna Wiwaha (Medan Merdeka), dan Pemuda Pembangun (Senayan), patung inilah yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi. Ini semua terjadi karena lokasinya yang ada di ruang publik.

"Kalau patung yang lain itu lokasinya lebih aman, ada yang di lapangan, atau yang ada kolamnya. Kalau ini langsung jalan raya, lalu ada flyovernya juga, jadi lebih berisiko," paparnya.

Bagai bermata dua, lokasi patung di ruang publik ini memang menyulitkan, namun lokasinya di tengah jalan ini ternyata memancing rasa ingin tahu banyak orang. Andia mengungkapkan, ada banyak orang yang mengapresiasi proses pembersihan ini.

"Alhamdulilah nggak ada yang protes, karena ini kan tujuannya baik untuk melindungi cagar budaya. Malahan, banyak orang yang dari halte Trans Jakarta itu foto-foto patungnya waktu dibersihkan," paparnya diiringi tawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com