Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drama Jemput Paksa FPI pada Jumat Petang...

Kompas.com - 03/10/2014, 20:52 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Buntut dari kerusuhan ratusan orang dalam massa Front Pembela Islam (FPI), kepolisian menjemput paksa koordinator massa di markas FPI, Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2014) petang. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono memimpin langsung aksi jemput paksa tersebut.

"Ini buntut aksi anarkis (FPI) di DPRD dan Balaikota. Kami dapat informasi kalau FPI mengumpulkan massa di sini, makanya saya jemput korlap (koordinator lapangan) di sini (Petamburan)," kata Unggung, di Petamburan, Jumat.

Di Petamburan, Unggung meminta beberapa anak buahnya untuk menemukan koordinator lapangan aksi demo di Balaikota dan DPRD DKI. Setelah beberapa menit, beberapa personel kepolisian pun membawa empat anggota FPI. Salah satunya adalah Ustaz Irwan, koordinator aksi unjuk rasa di DPRD DKI.

Unggung membuka pembicaraan dan mengonfirmasi kebenaran bahwa Irwan menjadi tokoh di belakang aksi demo FPI di Balaikota dan DPRD yang berujung ricuh. Irwan menjadi penanggung jawab aksi tersebut. Namun, koordinator aksi Balaikota DKI, Habib Al Shahab, tidak berada di markas FPI.

Setelah melakukan negosiasi dengan pimpinan FPI, Habib Rizieq, via telepon, Unggung memutuskan untuk mengamankan Irwan. "Namanya Ustaz Irwan dan kami bawa ke Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan," kata Unggung. Aksi jemput paksa itu terjadi selama lebih kurang 30 menit, pukul 17.10-17.40 WIB.

Kemacetan panjang hingga Jatibaru

Aksi jemput paksa anggota FPI oleh kepolisian sempat menyebabkan kemacetan panjang di kawasan Petamburan hingga kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Polisi menutup Jalan Raya KS Tubun dengan dua mobil polisi tepat di depan Honda KS Tubun hingga di depan Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat.

Akibatnya, kemacetan panjang pun terjadi. Kemacetan itu tampak dari Jalan Raya KS Tubun hingga Jatibaru, Tanah Abang. Para pengendara kendaraan bermotor, mulai dari pengendara sepeda motor, pengemudi mobil pribadi, hingga sopir mikrolet, kesal dengan kemacetan itu.

Hans (27), salah seorang pegawai swasta di kawasan Jakarta Pusat, mengaku kesal dengan FPI yang tak henti-hentinya membuat aksi. "Hari biasa saja sudah macet, apalagi ini jam pulang kantor. Eh ini kok FPI bikin macetnya pas jam pulang kantor, sudahlah damai saja jangan pakai kekerasan lagi," kata Hans.

Senada dengan Hans, Maryadi, sopir mikrolet M 09, juga mengaku kesal atas kemacetan panjang yang terjadi sepanjang Jumat pekan. "Saya mau cari alternatif jalan lain, penumpang ada yang mau turun di Petamburan. Jadi saya lewat jalanan macet di Petamburan aja. Tadinya mau potong Jalan Slipi.... FPI jangan bikin macet lagi deh," kata Maryadi.

Setelah suasana kondusif, polisi pun akhirnya membuka jalan sekitar pukul 17.45 WIB. Water canon dan mobil barracuda yang bersiaga di sana pun telah dikembalikan ke markasnya di Mapolda Metro Jaya.

Toko-toko tutup

Selain menyebabkan kemacetan panjang, operasi jemput paksa anggota FPI juga membuat pemilik usaha di kawasan Petamburan menutup sementara usaha mereka. Warung-warung, bengkel, dan toko kelontong yang berada di sekitar Jalan Petamburan III tutup selama penjemputan berlangsung.

"Ya, waswas saja karena takutnya ada kerusuhan ini. Sudah ada tank-tank dan sirene polisi ke markas FPI. Jadi, terpaksa tutup toko saja," kata salah satu penjaga toko kelontong di kawasan itu, yang meminta tak disebutkan namanya, Jumat (3/10/2014) petang.

Penjaga toko yang juga warga Petamburan ini mengaku selalu khawatir dengan tindakan FPI. Dia pun mengaku tak setuju dengan aksi berujung ricuh yang dilakukan FPI di depan Gedung Balaikota dan DPRD DKI, Jumat siang.

Seperti diberitakan sebelumnya, massa dari FPI sempat bentrok dengan polisi dan melempari dua kantor pemerintahan itu dengan batu sekepal tangan dan kotoran hewan. "Apa gunanya sih kekerasan? Lebih baik damai-damai saja," kata penjaga toko ini.  

Pendapat serupa juga dilontarkan Agus, salah satu pemilik bengkel di kawasan itu. Dia juga memilih menutup tokonya lebih awal. Kepada Kompas.com, dia mengatakan memilih bersikap waspada. "Saya nonton beritanya dari TV saja," kata dia singkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Petugas Gabungan Tertibkan Parkir Liar di Senen, 25 Motor Diangkut

Petugas Gabungan Tertibkan Parkir Liar di Senen, 25 Motor Diangkut

Megapolitan
Warga di Pondok Aren Mengaku Tak Bisa Tidur Usai Temukan Mayat di Toren Air Rumahnya

Warga di Pondok Aren Mengaku Tak Bisa Tidur Usai Temukan Mayat di Toren Air Rumahnya

Megapolitan
Sebelum Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren Ditemukan, Warga Sempat Dengar Suara Jeritan

Sebelum Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren Ditemukan, Warga Sempat Dengar Suara Jeritan

Megapolitan
Kemen PPPA Beri Pendampingan Hukum untuk Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres

Kemen PPPA Beri Pendampingan Hukum untuk Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres

Megapolitan
Tuntut Pembatalan Bintang Empat Prabowo, Koalisi Masyarakat Sipil: Punya Rekam Jejak Buruk

Tuntut Pembatalan Bintang Empat Prabowo, Koalisi Masyarakat Sipil: Punya Rekam Jejak Buruk

Megapolitan
2 Anggota Satgas Pelajar Jadi Korban Tawuran di Bogor

2 Anggota Satgas Pelajar Jadi Korban Tawuran di Bogor

Megapolitan
Polisi Tangkap 11 Pelajar yang Terlibat Tawuran di Bekasi

Polisi Tangkap 11 Pelajar yang Terlibat Tawuran di Bekasi

Megapolitan
Polisi Lacak Penadah Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Polisi Lacak Penadah Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Palmerah Incar Motor Warga yang Diparkir di Gang

Sindikat Pencuri di Palmerah Incar Motor Warga yang Diparkir di Gang

Megapolitan
Gugat Kenaikan Pangkat Prabowo, LBH Jakarta: Rawan Konflik Kepentingan

Gugat Kenaikan Pangkat Prabowo, LBH Jakarta: Rawan Konflik Kepentingan

Megapolitan
Soal Dugaan Mayat Dalam Toren Terkait Penggerebekan Kasus Narkoba, Polisi: Fokus Identifikasi Dulu

Soal Dugaan Mayat Dalam Toren Terkait Penggerebekan Kasus Narkoba, Polisi: Fokus Identifikasi Dulu

Megapolitan
Ponsel Pria Dalam Toren di Pondok Aren Hilang, tetapi Masih Aktif

Ponsel Pria Dalam Toren di Pondok Aren Hilang, tetapi Masih Aktif

Megapolitan
Satu Pelajar Kritis Usai Terlibat Tawuran di Bekasi

Satu Pelajar Kritis Usai Terlibat Tawuran di Bekasi

Megapolitan
Sindikat Curanmor di Palmerah Bobol 4 Motor Tiap Semalam Selama Tiga Bulan

Sindikat Curanmor di Palmerah Bobol 4 Motor Tiap Semalam Selama Tiga Bulan

Megapolitan
Agenda Pemeriksaan SYL dalam Kasus Firli Besok Terhalang Jadwal Sidang

Agenda Pemeriksaan SYL dalam Kasus Firli Besok Terhalang Jadwal Sidang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com