Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kamu Sembelih Kepala Saya Pun, Saya Tetap Berdiri untuk Konstitusi"

Kompas.com - 04/11/2014, 10:00 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — ‎Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjelaskan, lebih baik menjadi seorang negarawan daripada seorang politisi. Sebab, negarawan selalu mementingkan konstitusi di atas konstituen.

"Kalau menurut saya sederhana, sekarang satu orang satu suara, makanya kita bisa takut pada konstituen. Kalau mereka tidak memilih kita, ya kita kalah‎, padahal kita disumpah taat konstitusi," ujar Basuki di hadapan ratusan mahasiswa Filsafat, di Balai Agung, Balai Kota DKI, Senin (3/11/2014).

"Jadi, seorang negarawan seharusnya taat pada konstitusi, bukan konstituen, dengan segala risiko yang ada. Bahasa kerennya, kamu sembelih kepala saya pun, saya tetap berdiri untuk konstitusi. Ini baru namanya seorang negarawan," kata Basuki yang diiringi tepuk tangan para tamu undangan yang memenuhi ruang Balai Agung.

Seorang pemimpin dan negarawan yang baik, lanjut Basuki, adalah seorang yang mampu menciptakan pemimpin selanjutnya, dan tidak pernah takut mati dalam membela kepentingan rakyat.

Basuki pun belajar kepemimpinan dari ayahnya, Indra Tjahaja Purnama. Sang ayah baru dapat meninggalkan dunia dengan tenang seusai ia berhasil membentuk kepribadian Basuki untuk menjadi seorang negarawan. Semasa hidupnya, Indra bertekad menjadikan Basuki sebagai seorang pemimpin yang bisa membantu warga kurang mampu.

Basuki menyadari, sikap sang ayah yang diadopsinya hingga saat ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat luas. Tak sedikit pihak yang menolak Basuki menjadi seorang pemimpin. Salah satu contohnya adalah beberapa organisasi masyarakat (ormas) yang menolaknya menjadi gubernur DKI Jakarta. Padahal sesuai peraturan yang berlaku, Basuki berhak menduduki posisi Gubernur DKI menggantikan Joko Widodo hingga masa jabatan berakhir, yaitu pada Oktober 2017.

"Dalam melakukan perubahan menjadi lebih baik, yang paling penting bagi saya itu bukan membenci orangnya. Saya hanya benci kelakuan, dan sayang sama orangnya. Karena setiap orang itu berharga, makanya kita sayang kepada manusia yang berharga itu, dan kita benci kelakuannya yang salah. Selanjutnya kita tegur, kita ajarkan, dan kadang memang harus dihukum," pungkas Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com