Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Banjir Jakarta, Tak Cukup Hanya Tanggul

Kompas.com - 24/11/2014, 14:15 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk mencegah banjir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak cukup hanya membangun Tanggul Raksasa atau dikenal dengan Giant Sea Wall. Pemerintah juga harus melakukan penghijauan secara masif di hulu dan tengah Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung di Kabupaten Bogor dan Cianjur, Jawa Barat.

Limpasan air akibat curah hujan yang tinggi di dua wilayah kabupaten tersebut, terutama di Puncak II Gunung Gede Pangrango di Bogor dan Cianjur, tak lagi bisa terserap tuntas ke dalam tanah akibat banyaknya lahan yang kritis di kawasan itu. Sebab, limpasan miliaran kubik air hujan langsung menggenangi Sungai Ciliwung dan Cisadane, yang tak akan mampu ditampung, termasuk oleh Tanggul Raksasa di pantai utara Laut Jawa.

Fakta tentang buruknya kondisi Ciliwung itu adalah salah satu hasil yang diperoleh dari ekspedisi yang dilakukan Paguyuban Budiasih bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) baru-baru ini.

Salah seorang pendiri Yayasan Paguyuban Budiasih, Doni Monardo, Minggu (23/11), mengatakan, air hujan pasti tak lagi bisa masuk ke tanah. Selain banyak lahan kritis, banyak alih fungsi hutan menjadi perkebunan. Hal itu terungkap sangat jelas dari ekspedisi dengan tema besar ”Inventarisasi Potensi Lahan Penghijauan di Sub-DAS Ciliwung Hulu-Tengah” itu.

”Coba lihat di punggungan Puncak II Gede-Pangrango ini, sebagian besar hutannya sudah terbuka. Ada lahan yang ditutupi terpal di bawahnya, sementara di bagian atasnya diberi plastik jadi air hujan tidak bisa masuk ke tanah. Limpasannya mengalir ke bawah menjadi air bah yang masuk ke sungai. Sodetan Ciliwung dan Tanggul Raksasa jelas tak akan bisa menampung. Oleh sebab itu, wilayah hulu dan tengah DAS Ciliwung ini harus segera dihijaukan lagi,” ujarnya.

Sebelumnya, Doni, perwira TNI dengan pangkat Mayor Jenderal itu, menunjukkan foto-foto seusai peluncuran 1,5 juta bibit tanaman dan 20.000 bibit tanaman langka di Desa Kadungmanggu, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat.

Menurut Doni, siapa pun bisa membuktikan sendiri rusaknya kawasan bantaran Ciliwung. "Susuri saja kawasan itu dari Sentul hingga Megamendung dan Puncak II Gede-Pangrango, tak akan ditemukan pohon besar yang dulu melindungi lahan," katanya.

Di acara yang dihadiri mantan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Erna Witoelar, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI Sri Edi Swasono, Direktur Jenderal BPDAS-PP Kementerian LH dan Kehutanan Hilman Nugroho, Ketua Paguyuban Budiasi Letkol (Arm) Rio Firdianto, serta perwakilan BNI, Doni menyatakan siap membantu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menghijaukan bantaran dan hulu Ciliwung dan Cisadane serta wilayah lainnya.

”Pak Basuki berjanji akan atasi banjir di Jakarta. Karena itu, kami siap bekerja sama menghijaukan hulu dan bantaran sungai,” tuturnya.

Gratis

Dalam kesempatan itu, Doni Monardo, yang juga Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI, melepas 54 truk yang mengangkut sekitar 130.000 bibit pohon untuk didistribusikan ke beberapa daerah di Jawa Barat, Banten, dan Bali.

Jumlah pohon yang dilepaskan itu bagian dari 1,5 juta bibit pohon penghijauan yang disemai di sekitar 12 hektar lahan milik pengusaha Ketut Masagung. Tercatat ada 107 jenis pohon yang dibibitkan dan disemaikan, termasuk jenis pohon yang langka.

Sejauh ini, pendistribusian bibit pohon penghijauan sudah dilakukan empat kali sejak paguyuban didirikan pada 2010. Menurut Rio, masyarakat dan lembaga bisa meminta bibit pohon yang sudah ada. Bibit akan diberikan gratis. Syaratnya hanya surat permohonan dan kesanggupan menanam selama setahun, serta kejelasan denah lokasi penanaman.

”Kami akan melihatnya lagi. Jika memang bermanfaat, bibit akan diberikan lagi,” ujarnya. Menurut Rio, keseriusan DKI menghijaukan wilayahnya terlihat dari kunjungan Jokowi saat jadi Gubernur DKI Jakarta ke lokasi pembibitan. (RTS/HAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com