Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didatangi Orangtua Bocah yang Tewas di STC, Ahok Beri Penjelasan Ini

Kompas.com - 25/11/2014, 16:39 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Eveline Sandra Dewi, ibu dari Amanda Dewi Nugroho, bocah 7 tahun yang tewas akibat tersengat listrik bertegangan tinggi di Senayan Trade Centre (STC), hari ini, Selasa (25/11/2014), mendatangi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di Balaikota Jakarta.

Eveline datang didampingi ibunya (nenek Amanda) beserta seorang pengacaranya. Sambil membawa foto anaknya, Eveline dan ibunya menyampaikan harapan agar Ahok, sapaan Basuki, bisa ikut turun tangan dalam kasus tersebut.

Terlebih lagi, kata Eveline, dari informasi yang ia dapatkan dari pemberitaan di media, peristiwa seperti yang anaknya alami bukan pertama kali terjadi di STC. "Saya baca di media sebelumnya ada kejadian serupa juga," kata Eveline dengan tersedu-sedu.

Mendengar penuturan tersebut, Ahok menyatakan bahwa ia tak bisa berbuat banyak karena masih menunggu hasil penyidikan polisi. [Baca: Orangtua dari Anak yang Tersengat Listrik di STC Layangkan Surat kepada Jokowi]

"Kita lagi tunggu kuncinya di kepolisian. Kita tidak bisa menuduh karena tergantung hasil polisi. Kita tidak bisa menghakimi, makanya tunggu putusan pengadilan. Saya tidak bisa ngotot sebelum dengar polisi," kata Ahok.

Kepada Ahok, Eveline menyatakan tak ada kamera pengawas atau CCTV (closed circuit television) di lokasi kejadian. Ia pun mempertanyakan apakah bisa suatu pusat perbelanjaan tidak dilengkapi dengan CCTV di setiap lorongnya.

Ahok mengatakan, tak ada kewajiban bagi pengelola gedung untuk memasang CCTV. Setelah pernyataan tersebut, nada suara Ahok mulai meninggi. [Baca: Bila Terbukti Lalai, STC Terancam Kena Sanksi Ini]

Menurut dia, hasil penyelidikan Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan menyatakan tak ada yang salah pada neon box yang menyebabkan Amanda tersetrum. Karena itu, Ahok menegaskan perlu menunggu hasil penyelidikan kepolisian.

"Saya tidak tahu, bisa juga oknum saya disuap. Jadi, ini harus di kepolisian. Tetapi, kalaupun polisi disuap, saya tidak bisa (turun tangan). Polisi di bawah presiden (bukan gubernur). Makanya, tunggu polisi, baru saya bicara. Saya tidak bisa mengembalikan anak ibu yang sudah meninggal. Saya hanya turut berdukacita," kata Ahok.

"Saya mengerti, saya suruh balas dendam pun saya mau, mau balas dendam? Saya diminta cabut nih SLF-nya (surat laik fungsi) sama ibu supaya dia bangkrut, tutup begitu?" ia menambahkan.

Evelyn mencoba menyanggah pernyataan Ahok, tetapi belum sempat ia berbicara, Ahok memotong pembicaraannya. Ahok menyebut tidak mudah mencabut izin pengelolaan sebuah gedung.

"Saya blakblakan, ibu pengin saya apa? Tutup gedungnya? Menghidupkan anak ibu? Saya enggak sanggup. Saya sudah turunkan tim. Kalau ibu tidak percaya polisi, saya bukan presiden, saya tidak bisa atur polisi. Kalau P2B macam-macam, saya pecat! Saya stafkan, catat! Kepala P2B saya pecat, itu janji saya!" ucap Ahok dengan nada tinggi.

"Saya kenapa agak emosi karena kalian datang seolah-olah saya harus balaskan dendam," ujar dia sambil berlalu. Eveline dan ibunya hanya bisa terpana. Sambil terisak-isak, mereka tampak menyeka air matanya.

Amanda tersengat listrik saat berada di sekitar pagar pembatas lantai satu Gedung STC, Senin (10/11/2014) lalu.

Di sekitar pagar terdapat neon box yang diduga mengalami kebocoran aliran listrik. Karena tidak memakai alas kaki, Amanda pun tewas seketika. Amanda telah dikebumikan pada Selasa (11/11/2014) di Tempat Pemakaman Umum Utan Jati, Cengkareng, Jakarta Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com