Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Harga Bus Tingkat Tiongkok Rp 3,3 M, Mercedes Benz Cuma Rp 2,7 M

Kompas.com - 12/01/2015, 09:21 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkapkan alasan di balik gencarnya dia meminta pihak swasta melakukan program corporate social responsibility (CSR) di Jakarta. Menurut Ahok, cara tersebut dilakukan untuk mengetahui harga satuan barang di pasaran.

Ia pun mengambil contoh mengenai bus tingkat yang saat ini dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI, yang terdiri atas lima bus tingkat hasil pengadaan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) serta lima bus tingkat sumbangan dari Tahir Foundation.

"Bus tingkat yang kami (Disparbud) beli mereknya Wechai, buatan Tiongkok. Kalau yang disumbang Tahir Foundation mereknya Mercedes Benz," kata Ahok saat memberikan kata sambutan dalam acara pembukaan kembali Patung Arjuna Wijaya, Minggu (11/1/2015) sore.

Menurut Ahok, harga per unit untuk bus tingkat merek Wechai yang dibeli Disparbud adalah sekitar Rp 3,3 miliar. Sedangkan bus tingkat merek Mercedes Benz dibeli oleh Tahir Foundation dengan harga sekitar Rp 2,7 miliar per unit. Dengan demikian, bus tingkat buatan Tiongkok lebih mahal sekitar Rp 600 juta dari bus tingkat buatan Mercedes Benz.

"Setahu saya, bus tingkat yang kami beli buatan Tiongkok, mereknya Wechai, itu harga kalau tidak salah Rp 3,3 M lewat tender. Yang di sini pada pernah dengar merek Wechai enggak? Enggak pernah kan. Kalau Mercedes Benz? Tahu kan. Hampir seluruh dunia tahu Mercedes Benz. Harganya Rp 2,7 M," ujar Ahok.

"Makanya saya butuh CSR supaya kami bisa dapat perbandingan harga. Kalau kami sendiri yang ngadain, semuanya ke langit enggak tahu terbang ke mana harganya," tukas dia.

Sebagai informasi, bus tingkat merek Wechai adalah bus yang dibeli sekitar Januari 2014. Tadinya bus-bus berwarna ungu itu adalah bus yang dioperasikan sebagai bus wisata. Namun, saat ini fungsi bus telah diubah menjadi bus gratis yang beroperasi di sepanjang kawasan pelarangan sepeda motor.

Pengelolaannya pun berganti dari sebelumnya Disparbud ke PT Transjakarta. Sedangkan bus tingkat merek Mercedes Benz adalah bus yang disumbangkan oleh Tahir Foundation pada pertengahan Desember 2014. Rencananya, bus-bus yang dicat warga kuning itu juga akan dioperasikan sebagai bus gratis di kawasan pelarangan motor. Namun, sampai saat ini bus belum dioperasikan karena masih menjalani uji kelaikan di Kementerian Perhubungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com