Namun, mereka belum mau menerima tawaran tersebut karena kesepakatan besaran tarif belum tercapai.
Menurut Direktur Utama PPD Pande Putu Yasa, selaku salah satu operator APTB, besaran tarif rupiah per kilometer yang ditawarkan PT Transjakarta masih mengacu pada besaran tarif bus transjakarta yang menggunakan bahan bakar gas. Hal itu tentu tak sebanding dengan bus-bus APTB yang berbahan bakar solar.
"Pembayaran rupiah per kilometer akan hitung kembali karena spesifikasi bus berbeda. APTB menggunakan bahan bakar solar, sedangkan transjakarta menggunakan bahan bakar gas. Dari segi biaya pengeluaran tentu akan berbeda," kata dia saat dihubungi, Jumat (16/1/2015).
Meskipun enggan mengungkapkan besaran tarif yang mereka inginkan, Putu menilai besaran tarif rupiah per kilometer untuk APTB perlu dikaji ulang.
Pada kesempatan lain, Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih memiliki pandangan yang berbeda dari Pande. Menurut dia, besaran rupiah per kilometer untuk APTB sepatutnya harus lebih rendah dari tarif rupiah per kilometer untuk transjakarta.
Hal itu, kata Kosasih, disebabkan biaya perawatan bus yang lebih murah dan kesempatan mendapat penghasilan di luar koridor transjakarta(perjalanan dari ujung koridor transjakarta ke kota penyangga).
Sebagai kisaran, kata Kosasih, operator transjakarta yang sekarang menjalankan bus yang mendekati kondisi bus APTB saat ini mendapat bayaran Rp 11.137 per kilometer, dengan kondisi bus AC berstandar transjakarta, bermerek dari Jepang dan berbahan bakar gas.
"Bus APTB, baik harga maupun kualitasnya di bawah bus operator transjakarta, jadi pasti harus lebih rendah dari itu," ujar dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Benjamin Bukit mengatakan pada rapat Kamis (16/1/2015) kemarin, para operator APTB sebenarnya sudah tertarik untuk ikut dalam sistem pembayaran rupiah per kilometer seperti yang diterapkan pada layanan bus transjakarta.
Namun, para operator meminta waktu selama tiga bulan untuk mengambil keputusan. Menurut Benjamin, operator APTB meminta waktu agar diizinkan membahas kembali besaran tarif rupiah per kilometer dengan PT Transjakarta sampai menemui kesepakatan.
"Masalah penghitungannya, kita kasih kesempatan tiga bulan untuk membicarakan sedetail mungkin kesepakatan bersama dengan transjakarta. Dishub akan berperan memediasi," ujar Benjamin di Balai Kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.