Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/02/2015, 07:08 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengaku jatuh sakit beberapa hari yang lalu. Prasetyo mengatakan sakit yang dia alami kemungkinan karena terlalu pusing memikirkan polemik APBD antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI.

"Saya pikir saya robot yah. Ternyata sakit juga saya. Manusia ada batasnya," ujar Prasetyo, Selasa (24/2/2015).

Prasetyo pun menceritakan keluh kesannya selama menjadi mitra Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melalui DPRD DKI. Sebenarnya, Prasetyo mengaku suka dengan kepemimpinan Basuki atau yang akrab disapa Ahok.

Di mata Prasetyo, Ahok adalah pemimpin yang membuat terobosan. Prasetyo senang Ahok selalu memikirkan masalah mendasar yang ada di Jakarta seperti macet dan banjir. Meskipun demikian, Prasetyo menilai Ahok kurang memiliki etika, terutama dalam menjaga hubungan dengan DPRD DKI.

Sebagai ketua DPRD, Prasetyo memiliki kedudukan yang setara dengan Ahok. Ada hal-hal yang menjadi kewajiban bagi DPRD DKI. Kewajiban itu pun harus dilaksanakan.

Dia memberi contoh soal musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) yang dilakukan DPRD DKI dan masa reses yang digunakan anggota dewan untuk mencari akar permasalahan di masyarakat. "Kami dibiayain negara loh untuk reses," ujar Prasetyo.

Prasetyo pun mengingatkan bahwa fungsi DPRD pun telah tertera di undang-undang, yaitu  sebagai badan pengawas. Hal-hal inilah yang membuat Prasetyo meminta kepada Ahok untuk memahami fungsi DPRD.

Jika dibandingkan, kata Prasetyo, anggota dewan sama dengan Ahok. Sama-sama dipilih oleh rakyat. "Ini ada di undang-undang loh. Badan pengawas, punya hak budgeting. Ada fungsi. Masa ditabrak sama dia (Ahok) semua. Kami dipilih rakyat, dia dipilih rakyat," ujar Prasetyo.

Prasetyo pun mengatakan fungsi itu sekaligus pemenuhan tugasnya untuk menjaga Ahok. Tujuannya untuk mengoreksi Ahok jika dia membuat kekeliruan. Hal ini karena kepala daerah tidak selamanya benar. Dalam hal ini, tugas DPRD-lah untuk mengingatkan Pemprov DKI jika dinilai salah langkah.

Hal itu pula lah yang sedang dilakukan DPRD DKI saat ini dengan sikapnya menggunakan hak angket. Ini adalah upaya untuk "menjaga" Ahok. Tetapi sayangnya, sikap ini malah dipandang negatif oleh Ahok.

Prasetyo pun kecewa karena anggota dewan justru disebut oknum. "Saya ketua, mau memperbaiki sikap dia, tapi enggak bisa," ujar Prasetyo. "Dan saya ini jagain dia, masa dibilang oknum sih," tambah Prasetyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com