Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD DKI Dinilai Sudah Mulai Pintar

Kompas.com - 04/03/2015, 08:24 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pengamat politik J Kristiadi mengatakan, DPRD DKI sudah mulai pintar. Ada anggaran-anggaran yang masuk di sana tanpa persetujuan dan sepengetahuan SKPD. Hal itu, kata Kristiadi, adalah hal yang tidak benar.

"DPRD pinter, dia bilang apa buktinya? Mungkin saja ada saksi tapi enggak akan cukup satu saksi," kata Kristiadi kepada Kompas.com, Rabu (4/3/2015).

Akan tetapi, lanjut dia, DPRD tidak bisa disalahkan akan adanya anggaran tersebut. Karena, Kristiadi mengatakan, DPRD tidak dapat melakukan pembahasan hingga satuan tiga. Jika, DPRD dituduh menambah anggaran pada satuan ini, DPRD tentu punya alasan.

Menurut dia, jika DPRD bisa menambah anggaran pada bagian ini, DPRD tengah mencelakakan orang lain. "Ini DPRD-nya bisa celaka kan orang lain. Nanti yang kena itu SKPD dulu," ujar Kristiadi.

Akan tetapi, kata dia, dugaan anggaran siluman sebesar Rp 12,1 triliun ini harus sampai pada tindak pidana. Karena sudah merupakan niat buruk. Agar dapat memberi pelajaran bagi banyak pihak.

Menurut dia, Kementerian Dalam Negeri merupakan institusi yang paling memiliki wewenang menyelesaikan kisruh antara DPRD DKI dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Kemendagri dinilainya telah bersikap lambat dan terkesan membiarkan kisruh ini terjadi.

"Kemendagri lambat sekali dan saya kurang simpatik karena seakan membiarkan berkelahi," ujarnya.

Kristiadi mengatakan, Kemendagri harus segera menyelesaikan evaluasi APBD DKI. Selain itu, Kemendagri juga harus menunjukkan anggaran mana yang dinilai sebuah penyelewengan hingga dapat disebut anggaran siluman.

Anggaran siluman sebesar Rp 12,1 triliun seperti yang diucapkan Basuki bisa jadi bukan benar-benar siluman. Hal ini karena anggaran itu baru ada pada rancangan dan belum melewati hasil evaluasi Kemendagri. Ditambah, anggaran tersebut belum cair.

Kristiadi menambahkan, masyarakat juga harus paham bahwa yang berwenang menyusun anggaran ialah eksekutif. Wajar jika DPRD memprotes bahwa mereka tidak tahu proses penyusunan oleh eksekutif. Namun, Kristiadi menduga ada hal yang dilakukan DPRD sehingga bisa masuk ke satuan tiga.

Atas dasar inilah, kata Kristiadi, Kemendagri harus lebih berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan APBD dan anggaran siluman. Jangan sampai, ada anggapan orang-orang Kemendagri turut bermain politik dalam hal ini. Apalagi, Presiden Joko Widodo menginginkan penerapan e-budgeting dan e-catalog dilakukan di Indonesia. Sehingga penerapan di Jakarta ini pun harus menjadi contoh baik.

"Makanya Kemendagri harus cepat. Nanti kesannya ada yang main juga di Kemendagri," ujar Kristiadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com