Dua hal itu adalah terkait penyerapan anggaran yang rendah dan tak tercapainya target pendapatan asli daerah (PAD) yang berdampak terhadap defisitnya anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
"Menurut saya, nanti yang paling menonjol dan akan disorot adalah soal penyerapan karena paling kecil sepanjang sejarah DKI di bawah 40 persen. Kedua, tidak tercapainya target income, ada defisit Rp 20 triliun," kata dia.
Sebagai informasi, jumlah pendapatan asli daerah (PAD) DKI Jakarta pada tahun 2014 hanya mencapai Rp 52,17 triliun, atau defisit sekitar Rp 20 triliun dari APBD 2014 yang ditetapkan sebesar Rp 72,9 triliun. [Baca: Taufik Anggap Jokowi-Ahok Sudah Merusak Tata Pengelolaan Anggaran di DKI]
Sementara itu, dalam hal penyerapan anggaran, hingga Desember 2014, penyerapan anggaran pada APBD 2014 baru mencapai 36,07 persen dari total Rp 72,9 triliun. Padahal, serapan anggaran ditargetkan mencapai 97 persen.
Meski penyerapan rendah, Taufik menganggap Pemprov DKI beruntung. Sebab, apabila penyerapan tinggi, maka Pemprov tidak memiliki dana untuk membiayainya. Hal itu karena target pendapatan yang tidak tercapai.
"Andaikan penyerapannya 100 persen, duitnya enggak ada. Defisit Rp 20 triliun, duitnya dari mana, dari emaknya?" ujar politisi Partai Gerindra itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.