Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas di Tempat Persemayaman Duo "Bali Nine" Dilarang Bicara kepada Wartawan

Kompas.com - 29/04/2015, 15:40 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak Rabu (29/4/2015) pagi, penanggung jawab di Rumah Duka Abadi, Elvan, berpesan kepada awak media agar tidak meliput di dalam rumah duka saat jenazah duo "Bali Nine" tiba. Hal itu pun disanggupi oleh para pewarta, yang akhirnya hanya menunggu di depan gerbang rumah duka sejak pukul 10.00 WIB.

Ketika rombongan yang membawa jenazah duo "Bali Nine", yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, tiba di rumah duka, pengamanan oleh petugas semakin ketat.

Bahkan, karyawan rumah duka langsung berinisiatif membuat pagar betis di depan gerbang dan mendesak juru warta untuk mundur ke belakang.

Hal itu memang dilakukan untuk mengamankan jalur masuknya mobil rombongan yang telah tiba pada pukul 12.20 WIB. Hingga menjelang pukul 15.00 WIB, pewarta masih menunggu di depan gerbang untuk melihat kondisi terkini.

Tempat Andrew dan Myuran disemayamkan tidak terlihat dari gerbang. Pewarta pun tidak tahu apakah keluarga para jenazah telah tiba bersama dengan rombongan tadi.

Pintu masuk menuju Rumah Duka Abadi sendiri ada tiga, termasuk dari gerbang depan, sedangkan dua pintu lainnya berada di samping kiri dan kanan bangunan rumah duka.

Kedua pintu tersebut merupakan pintu masuk mengangkut barang-barang berat atau loading dock. Terdapat masing-masing satu sekuriti dan karyawan yang berjaga di dalam dua pintu itu.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Iring-iringan mobil yang membawa jenazah dua terpidana mati kasus penyelundupan narkoba oleh kelompok 'Bali Nine' asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, tiba di Rumah Duka Abadi, Jakarta Barat, Rabu (29/4/2015). Delapan orang terpidana mati kasus narkotika dieksekusi mati dini hari tadi di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Beberapa kali ada tukang-tukang yang masuk melalui pintu tersebut untuk mengangkut beberapa barang.

Ketika petugas keamanan dan karyawan itu ditanya oleh pewarta, mereka hanya mengatakan bahwa mereka dilarang berbicara.

"Kita enggak boleh ngomong sama yang bule-bule itu. Kita jalanin perintah saja," ujar sekuriti bernama Wityanto.

Sementara itu, di pintu samping lainnya lagi, petugas keamanan sama sekali tidak menggubris pertanyaan wartawan. Dia pun tidak mau melihat wartawan yang bertanya kepadanya dan langsung menutup pintu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com