Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarif: Saya Datang karena PKL Minta Ditinjau, Kok Malah Disebut Jegal Pilgub

Kompas.com - 29/05/2015, 14:20 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota DPRD DKI dari Fraksi Partai Gerindra, Syarif, mengaku heran bahwa kunjungan dia terhadap pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Monumen Nasional disebut membawa unsur politis. Syarif mengatakan, kunjungannya itu dilakukan setelah para PKL memintanya untuk meninjau langsung kegiatan mereka di Monas.

"Politisasi gimana ya, saya enggak mengerti. Orang PKL datang, minta ditinjau. Ya saya datang. Kok malah disebut politisasilah, menjegal pilgublah. Enggak sejauh itu," ujar Syarif di Gedung DPRD DKI, Jumat (29/5/2015).

Dia juga heran bahwa tindakannya disebut "cari muka". Syarif justru menanggapi tudingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tersebut sambil bercanda.

"Cari muka? Saya sudah punya muka. Dia kenal baik saya, saya juga kenal baik dia. Muka saya sudah ada, malah disebut cari muka," ujar Syarif.

Dia mengatakan, salah satu tujuannya mengunjungi PKL Monas adalah ingin membuktikan bahwa ucapan Ahok (sapaan Basuki) tentang PKL Monas, terutama masalah PKL tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI dan juga adanya preman di kawasan Monas.

Syarif mengatakan, tidak ada rekayasa sama sekali dalam kunjungannya kemarin. Dia yakin bahwa para PKL sudah lama memiliki KTP DKI. Hal tersebut bisa terlihat dari tahun kedaluwarsa PKL tersebut.

"Saya enggak ada rekayasa kan. Datang langsung menunjuk orang. Orang kaget loh ngeliat kita. Kalau dibilang baru-baru ini buat KTP ya kejar dong yang nyetak KTP. Silakan kejar palsu atau enggak dari orang yang mengeluarkannya jangan yang mendapatkannya," ujar Syarif.

"Terus preman, waktu saya tanya tukang es kelapa itu dia tiap hari kasih Rp 2.000 dipungut sama petugas kebersihan, tetapi bukan preman dan sifatnya sukarela. Kalau enggak ngasih, ya enggak diusir," kata Syarif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com