Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangga Jadi Orang Jakarta

Kompas.com - 17/06/2015, 15:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Tahun ini, usia Jakarta menjadi 488 tahun. Sebagai daerah khusus ibu kota, Jakarta terus berbenah untuk menyediakan sarana-prasarana serta menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi warga dan pendatang.

Ketersediaan segala kebutuhan tersebut membuat warga Jakarta semakin bangga akan kotanya. Namun di sisi lain, kemacetan lalu lintas, kriminalitas, dan banjir masih saja terjadi. Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut dinilai perlu lebih digenjot lagi.

Saat ini, Jakarta telah menjelma menjadi multifunction capital Indonesia. Kumpulan berbagai fungsi penting nasional, seperti pusat pemerintahan negara, kegiatan perekonomian, serta kegiatan pendidikan dan kebudayaan terpusat di ibu kota negara ini. Sudah barang tentu, di Jakarta tersedia berbagai infrastruktur dan jasa untuk memudahkan kehidupan warga. Hal itulah yang menjadi keunggulan Jakarta dibandingkan kota-kota lain di Indonesia.

Keunggulan tersebut menjadi poin penting bagi warga Jakarta untuk menilai positif kotanya. Sebanyak 41 persen responden jajak pendapat Litbang Kompas menyatakan, kemudahan mendapatkan berbagai kebutuhan adalah hal yang paling disenangi dari Jakarta. Fasilitas pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan transportasi jumlahnya sudah jauh memadai. Rumah sakit, misalnya, dari ketentuan Kementerian PU tahun 2001, dengan jumlah penduduk 9,9 juta jiwa, Jakarta membutuhkan 42 RS.

Berdasarkan data statistik tahun 2013, tersedia 196 RS. Kemudian minimarket, sampai awal 2015, ada sekitar 2.000. Ribuan minimarket ini sangat memadai bahkan terlalu banyak untuk Kota Jakarta dengan 267 kelurahan.

Pendidikan, dari sisi fasilitas, jumlahnya sangat memadai. Tahun 2013 tercatat ada sekitar 43.000 SD sampai SMA/SMK yang dikelola negeri ataupun swasta. Sekolah yang tersebar merata di seantero Jakarta ini menjadi pilihan masyarakat dari segala lapisan. Tidak ada alasan sulit bagi warga Jakarta untuk mencari sekolah di Jakarta. Hal senada diungkapkan Fenny Lovita (35), responden yang tinggal di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Fenny mengaku mudah mencari sekolah dengan pengajar berkualitas di Jakarta.

Faktor lain dari Jakarta yang disenangi warga Jakarta adalah kelengkapan sarana hiburan seperti yang diungkapkan oleh 22 persen responden. Jakarta adalah tempat segala fasilitas hiburan, mulai dari hiburan keluarga hingga hiburan malam. Sebut saja Taman Impian Jaya Ancol yang dibangun seperti kawasan wisata Disneyland.

Di bagian timur Jakarta ada Taman Mini Indonesia Indah, tempat wisata yang menggambarkan miniatur Indonesia. Obyek wisata lainnya adalah Kebun Binatang Ragunan di bagian selatan Jakarta.

Tak hanya itu, sekitar 12 persen responden juga menilai mudah mencari kerja di Jakarta. Anggapan kemudahan bekerja di Jakarta tersebut menjadi salah satu hal yang disukai untuk tinggal di Jakarta. Bisa jadi karena Jakarta sebagai pusat bisnis dan transaksi ekonomi besar sehingga muncul persepsi mudah mencari kerja di Jakarta. Sebaliknya, di atas kertas, angka pengangguran terbuka di Jakarta (Agustus 2014), yakni 9,25 persen, lebih tinggi daripada rata-rata angka pengangguran Indonesia.

"Bunga-bunga" ketersediaan berbagai sarana-prasarana membuat sembilan dari sepuluh responden merasa bangga menjadi warga Jakarta. Namun, masih ada satu dari sepuluh responden yang tidak bangga terhadap Jakarta. Rasa tidak bangga tersebut bersumber dari beberapa persoalan yang masih menghantui Jakarta, seperti kemacetan, kriminalitas, kepadatan penduduk, banjir, dan kesenjangan ekonomi.

Mengenai hal yang tidak disukai dari Jakarta, 74 persen responden sepakat menyebutkan macet sebagai posisi teratas. Selanjutnya, Jakarta tidak aman disebut oleh 6 persen responden. Sebanyak 5,6 persen responden menilai Jakarta terlalu padat penduduk dan terakhir, 4 persen menyatakan banjir adalah hal yang dibenci dari Jakarta.

Belum optimal

Meski Jakarta telah menyediakan beragam kebutuhan masyarakat dengan segala kemudahan aksesnya, hal itu belumlah cukup. Beberapa permasalahan Jakarta, seperti kemacetan, banjir, kriminalitas, transportasi publik, dan rumah murah belum tuntas terselesaikan. Hal tersebut membuat tujuh dari sepuluh responden menilai upaya pemerintah untuk membuat Jakarta lebih baik belum optimal.

Sebut saja soal kemacetan. Pemprov telah mencoba berbagai alternatif untuk mengatasi kemacetan. Namun, kondisi tersebut justru memburuk. Alternatif pemberlakuan jalur three in one sejak zaman Gubernur Sutiyoso tidak berhasil karena hanya memindahkan kemacetan ke titik wilayah lain.

Kini, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menerapkan pembatasan kendaraan roda dua di Jalan Sudirman-Thamrin. Namun, kemacetan di area lain terus bertambah. Bahkan, menurut Amin (30), responden di Jakarta Timur, pembatasan sepeda motor tersebut merepotkan pengendara sepeda motor seperti dirinya.

"Capek harus muter-muter cari jalan alternatif, tapi harus gimana lagi," kata Amin dengan nada pasrah.

Banjir juga menjadi masalah yang kambuh berkali-kali saat musim hujan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir. Normalisasi sungai dan drainase terus dilakukan oleh Pemprov sejak masa pemerintahan Ali Sadikin sampai Basuki. Akan tetapi, belum efektif mengurangi debit banjir yang terjadi.

Persoalan banjir ini tidak akan selesai jika hanya diselesaikan oleh Pemprov DKI. Daerah hulu 13 sungai di Jakarta berada di wilayah Bogor dan Tangerang. Kerja sama Pemprov DKI dengan wilayah tetangganya perlu lebih ditingkatkan. Sebanyak 54 persen responden menilai selama ini kerja sama Jakarta dengan Bodetabek belum baik untuk mengatasi masalah perkotaan lainnya, seperti transportasi, permukiman, air bersih, dan sampah. (Umi Kulsum dan M Puteri Rosalina/Litbang Kompas)

Berita ini termuat di harian Kompas edisi 17 Juni 2015, di halaman 26 dengan judul "Bangga Jadi Orang Jakarta".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com