Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Penculikan Anak di Jakarta Sebagian Besar Bermotif Ekonomi

Kompas.com - 22/07/2015, 17:07 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penculikan anak-anak pada semester pertama Januari - Juli tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tahun 2014 lalu dari tujuh kasus penculikan yang dilaporkan ke polisi, tidak ada satu pun korbannya anak-anak.

Sedangkan pada tahun 2015 ini, dari tujuh kasus yang dilaporkan ke polisi, tiga di antaranya menyasar anak-anak sebagai target penculikan.

"Paling banyak yakni motif ekonomi. Rata-rata mereka meminta tebusan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (22/7/2015).

Iqbal juga tak menampik ada motif lain, yakni berupa balas dendam. Namun, pada akhirnya para penculik meminta uang tebusan lagi sebagai syarat mengembalikan korban.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menyebut selama enam bulan terakhir tahun 2015 setidaknya ada 40 laporan anak hilang kepada Komnas PA. Dari laporan tersebut, sekitar 28 persen kasus dapat terselesaikan.

"Ada empat tujuan besar, pertama adopsi ilegal, eksploitasi ekonomi biasanya dipekerjakan, eksploitasi seksual dan kemudian ada tebusan balas dendam ekonomi," kata Arist saat dihubungi, Selasa (21/7/2015).

Dari pengalaman yang dimiliki Arist, biasanya para penculik melakukan aksinya dalam satu jaringan. Mereka membentuk sindikat untuk melancarkan aksinya agar tersistematis dan rapi. "Termasuk kasus SE ini. Kan diduga lebih dari satu orang," kata Arist.

Cegah penculikan

Penculikan yang menimpa anak-anak tidak terjadi serta merta. Anak-anak tentu akan menangis atau menjerit jika diajak oleh orang tak dikenal.

"Minimal pernah berkomunikasi dengan korban dan berkenalan. Korban biasanya mengetahui dan tidak merasa curiga. Ada bujuk rayu di situ. Misal teman ayah atau ibu," kata Arist.

Untuk itu, Arist menyarankan agar masyarakat, khusunya orangtua untuk membenahi sistem pendidikan bagi anak-anak di dalam rumah. Salah satunya mengenai keberanian untuk mengatakan tidak pada ajakan seseorang tak dikenal.

"Berkaca dari kasus SE ini anak harus secara simulasi dan terus menerus untuk mengatakan tidak pada ajakan orang lain," kata Arist.

Anak dinilai tidak bisa disebut lalai. Melainkan orangtua yang harus bertanggungjawab atas anak-anaknya. "Tidak boleh lalai. Yang lalai itu bukan anaknya, tetapi orangtuanya. Anak tidak pernah lalai karena dia patut berharap dilindungi oleh orangtunya," kata Arist.

Selama ini pendidikan di dalam rumah hanya diajarkan larangan. Padahal ada kemampuan lain yang tak kalah mumpuni untuk kebaikan buah hati.

"Seharusnya kemampuan anak untuk membela dirinya. Seperti yang saya katakan tadi, berani katakan tidak," kata Arist.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Megapolitan
Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 1 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 1 Juni 2024

Megapolitan
Nama Kaesang dan Anies di Bursa Pilkada Jakarta, Prediksi Pertarungan Sengit bak Pilpres 2024

Nama Kaesang dan Anies di Bursa Pilkada Jakarta, Prediksi Pertarungan Sengit bak Pilpres 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com