Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Kalau Pidato, Saya Tidak Pernah Baca Naskah

Kompas.com - 09/09/2015, 19:12 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan bahwa dirinya tidak pernah membaca naskah ketika berpidato maupun menyampaikan sambutan.

Oleh karena itu, Basuki mengaku tidak tahu adanya rencana anggaran penyusunan naskah pidato gubernur sebesar Rp 805 juta dalam Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUAPPAS) 2016. 

"Makanya, saya bilang, selama ini saya pidato enggak pernah baca naskah deh. Kecuali naskah kalau sidang paripurna di DPRD," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (9/9/2015). [Baca: Ahok Tidak Tahu Anggaran Naskah Pidato Gubernur Rp 805 Juta]

Dengan adanya temuan itu, Basuki berencana mengevaluasi rencana anggaran tersebut.

Anggaran tersebut bukan hanya dialokasikan untuk penyusunan naskah pidato gubernur, melainkan juga untuk pembayaran gaji pegawai harian lepas (PHL) yang menyusun pidato gubernur.

"Kalau PHL yang menyusun naskah pidato, berarti PNS-nya ngapain dong?" kata Basuki. 

Biro Kepala Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri (KDH dan KLN) berencana mempekerjakan 14 pegawai yang khusus mengurus naskah sambutan gubernur. [Baca: Apa Tugas Penyusun Pidato Ahok yang Anggarannya Capai Rp 805 Juta?]

Tujuh di antaranya merupakan PHL dengan gaji sekitar Rp 2,7 juta tiap bulannya. Mereka bertugas mencari data bahan naskah pidato yang akan dibacakan gubernur. Mereka juga akan mendapat konsumsi. [Baca: DPRD DKI Pertanyakan Anggaran Rp 805 Juta untuk Naskah Pidato Ahok]

Kemudian, empat orang tenaga ahli bertugas untuk menyusun naskah pidato gubernur. Setiap tenaga ahli tersebut akan dibayar dengan gaji sekitar Rp 5 juta tiap bulannya. Mereka merupakan tenaga ahli dalam bidang pembangunan, pemerintahan, dan ekonomi. Tiga orang sisanya merupakan operator dengan plafon gaji Rp 4,3 juta per bulan.

Kemudian, menurut Basuki, apakah rancangan anggaran ini terbilang fantastis?

"Tergantung, kalau mereka digaji di bawah Rp 1 miliar setahun, enggak ada dong. Kalau kamu misalnya gaji Rp 3 juta sebulan, kamu hitung saja tujuh orang. Tapi, kalau tenaga ahli enggak mungkin (digaji) Rp 3 juta, minimal (gaji) Rp 10 juta. Coba dikali 30 kali setahun, anggarannya sudah Rp 750 juta," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim 'Selamatkan' 830.000 Jiwa

Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim "Selamatkan" 830.000 Jiwa

Megapolitan
Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Megapolitan
Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Megapolitan
Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com