Hanya saja, mereka tidak senang dengan cara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tidak pernah melakukan sosialisasi.
Salah seorang warga, Sri Verawati (54), menyatakan, sampai sejauh ini tidak pernah ada sosialisasi dalam bentuk dialog dari pejabat setempat.
Sebab, yang ada hanya kedatangan puluhan aparat bersenjata yang langsung menempelkan selebaran-selebaran terkait rencana penggusuran pada Minggu (14/2/2016).
"Ujug-ujug tentara datang. Kami ini manusia, bukan laler! Kalau laler diusir gitu aja tinggal pergi. Kalau manusia tidak bisa diperlalukan kayak gitu! Ajak kami ngomong, kasih waktu," kata Sri dengan nada tinggi saat ditemui, Kamis (18/2/2016).
Warga yang lain, Erna (38), menyatakan, sampai sejauh ini warga mengetahui adanya rencana penggusuran melalui pemberitaan.
Hal yang mereka ketahui, penggusuran dilakukan pasca-terjadinya kecelakaan maut di Jalan Daan Mogot yang diakibatkan salah seorang pengunjung kafe di Kalijodo pada 8 Februari lalu.
"Masa hanya gara-gara kecelakaan, kita langsung main diusir gitu aja," ujar dia.
Sementara itu, Nova (45) menyatakan, akibat tidak adanya sosialisasi, mereka tidak pernah mengetahui akan dipindahkan ke mana.
"Katanya mau ke Rusun Marunda. Saya dengar kemarin warga Rusun Marunda enggak mau terima kami," kata Nova.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.