Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terakhir Lapor LHKPN, Harta Yusril Turun Miliaran Rupiah

Kompas.com - 18/03/2016, 05:43 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat menjabat sebagai penyelenggara negara, mantan Menteri Hukum dan HAM yang juga mantan Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra pernah membuat Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK).

Tercatat ada tiga kali laporan LHKPN yang dibuat Yusril mulai 2001, 2004 dan 2007. Dalam dua laporan terakhir, jumlah harta Yusril tahun 2007 terlihat mengalami menurun dibanding tahun 2004.

Itu dapat terlihat saat Kompas.com mengakses LHKPN Yusril di situs KPK, di acch.kpk.go.id pada Kamis (17/3/2016). Penurunan jumlah harta Yusril laporkan dalam dokumen "pengumuman harta kekayaan penyelenggara negara, perubahan atas laporan harta kekayaan yang dilaporkan sebelumnya".

Data nilai kekayaan yang dilaporkan Yusril menurun dari sebelumnya, setelah ada data yang ditiadakan dengan keterangan "penghapusan data karena dihibahkan". Pada dua periode pelaporan LHKPN terakhir itu, Yusril menjabat sebagai Sekretaris Negara.

Untuk data harta tidak bergerak (tanah dan bangunan) saat dilaporkan 26 November 2004, Yusril memiliki harta senilai Rp 3.229.859.000. Namun, pada status laporan 31 Mei 2007, harta tidak bergerak Yusril turun jadi Rp 20.310.000.

Kemudian untuk harta bergerak (mesin transportasi dan mesin lainnya), pada LHKPN 2004 yang dilaporkan Yusril nilai totalnya masih Rp 900.000.000. Tapi di 2007, nilainya turun jadi Rp 105.000.000.

Untuk harta bergerak jenis peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan, dan usaha lainnya, dalam LHKPN 2004, Yusril memiliki dua perkebunan, dengan nilai total Rp 94.000.000. Nilai ini tetap sama di dalam LHKPN yang dilaporkannya terakhir di 2007.

Sedangkan pada harta bergerak lainnya (logam mulia, batu mulia, barang seni dan lainnya), kekayaan Yusril terlihat mengalami peningkatan. Dalam laporan di 2004, harta bergerak lainnya Yusril masih senilai total Rp 979.027.000. Tapi, di LHKPN terakhir nilainya meningkat jadi Rp 1.328.677.000.

Untuk surat berharga, baik di LHKPN 2004 dan 2007 Yusril tidak memilikinya. Kemudian untuk giro dan setara kas lainnya punya Yusril, terlihat nilainya alami penurunan signifikan. Pada laporan 2004, untuk giro dan setara kas lainnya, Yusril masih memiliki total senilai Rp 2.376.125.904. Tapi di laporan terakhir 2007, nilainya tersisa Rp 75.375.911.

Sementara untuk piutang, di dua LHKPN terakhir Yusril tidak memilikinya. Sehingga hasilnya saat dijumlahkan, terlihat perbedaan karena penurunan pada jumlah total harta Yusril di 2004 dan 2007. (Baca: Maju lewat Jalur Independen, Ini Harta Kekayaan Ahok yang Dilaporkan)

Yusril punya harta lebih banyak di 2004 dibanding 2007. Total harta Yusril tahun 2004 yakni Rp 7.579.011.904. Tapi Yusril punya hutang Rp 1.375.000.000, sehingga setelah dikurangi hutang, harta Yusril jadi Rp 6.204.011.904. Namun, dilaporan tahun 2007, kekayaan Yusril tersisa Rp 1.623.362.911.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com